Cerpen Indonesia

Kumpulan Cerita Pendek dan Bersambung Yang Menarik Berbahasa Indonesia

Iklan Atas Artikel

Menatap Ke Tempat Kosong (Part 2)

Author
Published Minggu, Juli 01, 2018
Menatap Ke Tempat Kosong (Part 2)
Aku bergegas pamit kepada kedua temanku. Segeraku menuju mejanya.
"Aku pulang duluan ya!" Ucapku sambil mengambil tasku.
Sintia sepontan memegang tanganku dan bicara, "Kita jenguk Via dulu, kata orang tuanya dia sakit. Besok mau dibawa keluar kota."

Entah bagaimana pemuda yang ingin ku kejar malah muncul tiba-tiba.
"Ini ponselmu. Tadi ketinggalan di meja." Ucapnya sambil menyerahkan ponsel kepadaku.
Membuatku mendapatkan ide saat itu agar punya alasan tidak ikut, "Aku sudah punya janji sama pacarku. Jika dia tidak ikut aku juga tidak bisa ikut." Ucapku sambil memegang tangan kanan pemuda yang tidak kukenal.
Diluar dugaan Aya temanku, dia memarahi pemuda itu, "Pacar macam apa kamu?. Seharusnya memberi pengaruh baik pada Lina. Ini sebaliknya memberi pengaruh buruk."
Tentunya pemuda yang tidak tahu apa-apa itu bingung, "Emang ada apa?"
"Teman kami sakit. Kena guna-guna katanya. Besok mau di bawa ke orang pintar di luar kota. Hari ini, kesempatan terakhir kami bertemu dengannya." Balas Sintia.

Terlihat pemuda itu menoleh ke kiri. Padahal tidak ada siapa-siapa di sana. Kemudian bicara, "Kita belum saling kenalkan? namaku Sanja." Sambil mengadahkan tangan. Tapi Aya dan Sintia tidak menyambut salamnya. Membuatku merasa tidak enak.
"Tenang saja kami akan ikut."' Lanjut pemuda itu.
Aku baru tahu namanya Sanja dan jawabannya diluar perkiraanku.
"Baguslah. Ayo kita pergi sekarang." Lanjut Aya.
"Kalian tunggu di luar kafe. Nanti kami nyusul. Aku mau bicara dulu sama Sanja." Balasku.

Setelah kedua temanku sudah jauh. Aku bicara empat mata dengan Sanja.
"Sebelumnya aku minta maaf. Jika kamu mau memarahiku. Silahkan. Mumpung teman-temanku tidak lihat." Ucapku pasrah.
"Aku benci marah apalagi memarahi orang lain." Balasnya bikin aku takjub.
Tapi ku berusaha menyembunyikannya dengan segera bicara, "Kenapa kamu setuju. Seharusnya nolak. Aku tidak suka dekat-dekat sama orang yang sakit."
"Kebetulan sekali, kemungkinan dia tidak sakit tapi disakiti." Jawabnya membuatku bingung.
"Maksudmu?" Tanyaku.
"Kamu yang libatkan aku. Jadi jalani aja akibatnya. Kita juga gak janjian soal ini."
Jawabannya berbeda dengan yang dia ucapkan sebelumnya. Dia semakin aneh dan membuatku semakin penasaran.

(Bersambung)

Posting Komentar