Perlakuan Membingungkan (Part 2)
Jika ditembak dengan kata-kata buat ngatakan cinta, aku tidak masalah. Tapi pria itu ingin menembakku dengan senjata api sungguhan.
"Jangan tembak aku. Aku mohon." Ucapku agar dia mengasihaniku.
"Jika kamu melihat ke arahku. Aku akan segera menembakmu." Ancamnya padaku.
Aku melakukan apa yang dia pinta. "Apa salahku?" Tanyaku meski aku sudah tahu.
"Kamu hanya sendiri. Pasti orang-orang didekatmu sudah jadi Zombi dan kamu yang menularkannya." Tuduhnya.
"Kamu juga sendiri." Ucapku agar dia mengerti keadaanku. "Matamu punya warna berbeda. Mata itu pasti yang menyebarkan Virus." Dia sepertinya benar-benar ingin membunuhku. Aku terdiam pasrah.
"Pria itu benar-benar termakan berita Hoax." Ucap Anja.
Aku baru ingat ada dia di sampingku. "Anja tolong aku." Ucapku kepada Anja yang tidak dapat dilihat oleh pria itu.
Keadaan ini terasa aneh, aku malah minta tolong sama hantu, sepertinya rasa takutku lebih besar untuk manusia yang mencoba membunuhku.
"Aku tidak bisa menyentuhnya. Tapi mungkin aku bisa membuat senjatanya tidak bisa menembak." Balas Anja.
Tidak lama, Anja kembali bicara. "Kamu bisa berlari. Senjata itu sudah aku buat tidak berfungsi. Percayalah padaku." Ucapnya lagi.
Meski aku bingung bagaimana caranya. Aku memilih untuk segera berlari meninggalkan pria itu.
Aku sempatkan menoleh ke belakang. Terlihat pria itu kebingungan sambil melihat senjatanya. Aku tidak tahu kenapa tapi yang pasti dikatakan Anja benar.
Kembali aku kelelahan. Setelah memastikan pria itu tidak terlihat di belakangku. Aku menghentikan langkahku.
"Kamu tidak apa? Jangan sampai pingsan. Aku tidak bisa mengangkatmu ke tempat aman lagi." Ucap Anja tiba-tiba muncul.
Dia bahkan tidak kelelahan sama sekali. Kata-katanya mengingatkanku, "Sebelumnya kamu bisa menyentuhku. Kenapa sekarang tidak?" Tanyaku penasaran.
"Karena waktu itu aku masih hidup." Ucapnya membuatku merinding seketika.
"Maksud kamu, kamu hantu?"
"Aku bukan hantu." Jawabnya membuatku benar-benar bingung.
"Terus kamu apa?" Tanyaku dengan takut.
Belum sempat dia menjawab. Tiba-tiba aku dihampiri beberapa pria. Aku mengambil kain putih yang tergeletak di jalan dan menggunakannya untuk menutupi salah satu mataku yang mempunyai warna berbeda dengan mata manusia pada umumnya. Ku harap mereka tidak takut padaku.
"Sebaiknya kamu ikut denganku." Ucap salah satu pria.
"Lebih baik denganku saja." Ucap pria yang lainnya.
"Ku mohon jangan rebutkan aku seperti ini." Ucapku tidak bisa begerak untuk berlari dari sana.
(Bersambung)
"Jangan tembak aku. Aku mohon." Ucapku agar dia mengasihaniku.
"Jika kamu melihat ke arahku. Aku akan segera menembakmu." Ancamnya padaku.
Aku melakukan apa yang dia pinta. "Apa salahku?" Tanyaku meski aku sudah tahu.
"Kamu hanya sendiri. Pasti orang-orang didekatmu sudah jadi Zombi dan kamu yang menularkannya." Tuduhnya.
"Kamu juga sendiri." Ucapku agar dia mengerti keadaanku. "Matamu punya warna berbeda. Mata itu pasti yang menyebarkan Virus." Dia sepertinya benar-benar ingin membunuhku. Aku terdiam pasrah.
"Pria itu benar-benar termakan berita Hoax." Ucap Anja.
Aku baru ingat ada dia di sampingku. "Anja tolong aku." Ucapku kepada Anja yang tidak dapat dilihat oleh pria itu.
Keadaan ini terasa aneh, aku malah minta tolong sama hantu, sepertinya rasa takutku lebih besar untuk manusia yang mencoba membunuhku.
"Aku tidak bisa menyentuhnya. Tapi mungkin aku bisa membuat senjatanya tidak bisa menembak." Balas Anja.
Tidak lama, Anja kembali bicara. "Kamu bisa berlari. Senjata itu sudah aku buat tidak berfungsi. Percayalah padaku." Ucapnya lagi.
Meski aku bingung bagaimana caranya. Aku memilih untuk segera berlari meninggalkan pria itu.
Aku sempatkan menoleh ke belakang. Terlihat pria itu kebingungan sambil melihat senjatanya. Aku tidak tahu kenapa tapi yang pasti dikatakan Anja benar.
Kembali aku kelelahan. Setelah memastikan pria itu tidak terlihat di belakangku. Aku menghentikan langkahku.
"Kamu tidak apa? Jangan sampai pingsan. Aku tidak bisa mengangkatmu ke tempat aman lagi." Ucap Anja tiba-tiba muncul.
Dia bahkan tidak kelelahan sama sekali. Kata-katanya mengingatkanku, "Sebelumnya kamu bisa menyentuhku. Kenapa sekarang tidak?" Tanyaku penasaran.
"Karena waktu itu aku masih hidup." Ucapnya membuatku merinding seketika.
"Maksud kamu, kamu hantu?"
"Aku bukan hantu." Jawabnya membuatku benar-benar bingung.
"Terus kamu apa?" Tanyaku dengan takut.
Belum sempat dia menjawab. Tiba-tiba aku dihampiri beberapa pria. Aku mengambil kain putih yang tergeletak di jalan dan menggunakannya untuk menutupi salah satu mataku yang mempunyai warna berbeda dengan mata manusia pada umumnya. Ku harap mereka tidak takut padaku.
"Sebaiknya kamu ikut denganku." Ucap salah satu pria.
"Lebih baik denganku saja." Ucap pria yang lainnya.
"Ku mohon jangan rebutkan aku seperti ini." Ucapku tidak bisa begerak untuk berlari dari sana.
(Bersambung)
Posting Komentar
Posting Komentar