Menerima Kesedihan Yang Datang (Part 9)

Menerima Kesedihan Yang Datang (Part 9)

Hari ini hari minggu. Aku duduk di bawah Embun Pagi. Berharap seseorang yang selalu menemani hari-hariku hadir kembali. Namun hingga senja menyapa, Agi tidak lagi datang seperti biasanya. Apa mungkin karena aku menunggu. Tapi aku tetap tersenyum. Karena besok hari senin. Sekolah kembali diadakan. Di sana aku bisa bertemu dengannya.

~

Hari senin datang. Saat tiba di sekolah , yang pertama mataku tuju, adalah bangku Agi, di pojok belakang sebelah kiri. Aku yang duduk di pojok belakang sebelah kanan melihat tidak ada tanda-tanda ke datangan Agi. Terlihat dari tasnya yang tidak ada. Hingga istirahat pertama tiba.

Tidak hadirnya Agi membuatku cemas. Saat aku menuju depan kantor guru. Aku dihadapkan Hesa yang datang menuju ke arah ku, dia baru selesai mengantarkan buku dari kantor guru.

Aku berhenti melangkahkan kakiku dan menunduk pasrah, jika dia kembali menyeretku ke tempat sunyi. Namun apa yang terjadi. Hesa melewatiku begitu saja. Aku sangat heran.

Sifat Hesa berubah. Tapi itu cukup menenangkanku. Jadi aku memilih duduk di tempat kesukaanku diantara belakang sekolah dan di depan danau. Saat menuju ke sana aku berpapasan dengan Dinda. Seperti tidak mengenalku. Dia yang sedang bersama teman-temannya melewatiku begitu saja. Benar-benar aneh. Setidaknya aku tidak disakiti lagi olehnya.

Saat aku duduk di tempat biasa, aku melihat danau begitu tenang. Suasana di sekolah juga terasa sunyi. Tidak seperti biasanya.

Entah kenapa, aku tidak punya selera untuk tersenyum. Padahal sekarang hidupku tidak lagi diselimuti siksaan. Mungkin karena Agi yang tidak turun sekolah.

Istirahat kedua aku bermaksud ingin menanyakan kabar Agi kepada Dinda. Seperti bunuh diri tapi keinginanku tahu tentang Agi jauh lebih kuat.

Aku menghampiri Dinda yang sedang bersama teman-temannya. Salah satu teman Dinda langsung menyapaku.

"Ngapain gadis senyum ini kemari?"

Dinda langsung menarikku menjauh. Hingga kami berada di tempat yang diluar jangkauan pandangan teman-temannya.

Cekraman tangan Dinda di tanganku sangat kuat.

"Sakit!" Ucapku.

Aku segera menyampaikan maksudku, "Maaf, mengenai Agi, dia tidak masuk. Apa sedang sakit? Aku punya buah-buahan, kamu bisa berikan ke dia. Biar dia semakin menyukaimu." Ucapku lagi sambil tersenyum.

Tanpa melepaskan tanganku dia menjawab, "Aku sudah putus dari dia."

Kemudian melepaskan tanganku lalu bersiap pergi.

Aku segera menahan tangannya. Dia kemudian berbalik melihatku dengan tajam. Segera aku melepaskan tangannya.

"Maaf, apa gara-gara aku!" Tanyaku cemas.

Dia tersenyum sinis, "Aku yang putusin dia."

Dengan nada tinggi, aku membalas, "Tapi kenapa? Diakan baik." Ucapku sedikit kesal.

Dia justru teriak, "Justru karena dia terlalu baik padaku. Jadi aku putusi." Lalu dia pergi.

Entah kenapa aku tersenyum. Tapi aku mengkhawatirkan Agi yang diputusi Dinda. Dia pasti sangat sedih.

Aku lalu kembali duduk sendiri di depan danau. Sambil mengelus tanganku yang memerah bekas Dinda. Tiba-tiba ada sosok di sampingku. Sedikit kaget tapi aku senang. Pasti itu Agi. Saat aku menoleh, aku kaget. Ternyata Hesa.

"Aku dengar pembicaraanmu dengan Dinda. Jika ingin bertemu Agi. Dia ada di ruang Kepala Sekolah. Tapi jangan terkejut melihat keadaan Agi!" Ucap Hesa membuatku bingung.

Aku terdiam. Hesa kembali bicara.

"Kenapa kamu tidak langsung menghampiri Agi?"

Dengan gugup aku menjawab, "Aku takut dituduh perebut pacar orang."

Hesa sambil berdiri, "Agi tidak pernah menerima cinta Dinda. Kamu tidak perlu khawatir." Ucapnya kemudian pergi.

Aku kaget. Begitu kejamnya Dinda padaku selama ini. Dia menghukumku dengan alasan palsu.

Air mataku tak sadar menetes. Aku jadi teringat kata-kata Hesa. Tentang jangan terkejut melihat keadaan Agi. Aku jadi penasaran. Jadi aku menuju ke ruang Kepala Sekolah.

Saat aku melewati lorong, aku berpapasan dengan Dinda bersama laki-laki lain. Aku melewatinya tanpa tersenyum sama sekali. Aku melanjutkan melangkahkan kaki ke Ruang Kepala Sekolah. Ruang itu berada menyendiri dari ruangan sekolah lainnya sehingga tampak menyeramkan.

Sesampainya di sana aku duduk di depan ruangan. Aku terkejut mendengar suara di dalam. Membuat badanku gemetar.

(Bersambung)

Download Wallpaper