Cerita Cinta Segitiga Dengan Sahabat

Cerita Cinta Segitiga Dengan Sahabat

Cinta segitiga antara aku dan sahabatku. Pernah kalian mengalaminya dari cinta segitiga, segiempat hingga segilima? Mungkin biasa jika dialami saat pacaran tapi bagaimana jika itu dialami di dalam rumah tangga. Inilah yang aku alami.


Suamiku bilang, "katakan pada dia, menginap saja di rumah kita?"

Aku bertanya, "kamu masih menyukainya? Kenapa tidak kamu katakan langsung."

Dia menjawab, "itu dulu, kamu kan sahabatnya, jadi bilang saja aku setuju."

Aku menghadap gadis yang lebih cantik dariku, "suamiku mengijinkan kamu menginap di sini!"

Dia melihat ke sekeliling rumah, "terima kasih banyak aku tidak menyangka suamimu bisa membuatmu kaya seperti ini, jika aku tahu pasti..." dia terdiam.

Aku melanjutkannya, "... Kamu pasti tidak akan menolak saat dia mengatakan cintanya ke kamu kan? Sayangnya saat itu dia miskin."

Dia mendekatiku, "tenang saja, aku sahabatmu sejak lama, jadi tidak mungkin akan merebut suamimu."


Suatu ketika aku melihat sahabatku sedang mendekati suamiku sendiri di dalam rumah tanggaku. Aku berusaha tetap tenang dan mengintip diam-diam.

Sahabatku duduk di samping suamiku yang sedang duduk santai di teras rumah dan berkata, "kamu masih sama seperti dulu, terlihat gugup saat aku dekat denganmu!"

Suamiku berkata, "itu masa lalu, sampai kapan kamu menginap di sini? Aku tidak ingin membuat istriku khawatir."

Sehabatku tersenyum, pengin aku datang ke sana dan jambak rambutnya. Tapi tetap aku tahan. Dia lalu berkata, "sampai aku mendapatkan pekerjaan di kota ini?"

Suamiku terlihat beranjak pergi. Aku segera bergegas ke ruang tamu dan duduk seperti tidak tahu apa-apa.

Tiba-tiba suamiku duduk di sampingku, dan berkata, "bilang ke sahabatmu, diperusahaanku ada lowongan pekerjaan?"

Tentu aku marah, aku tidak ingin suamiku bekerja di kantor yang sama dengan wanita yang pernah dia sukai dulu, "AKU TIDAK SETUJU..."

Dia seperti mengerti mengenai kekhawatiranku, dengan berkata, "perusahaan temanku juga ada lowongan kerja, bisa kamu katakan padanya..."

Meski aku setuju tapi aku masih kesal, "kenapa harus lewat aku, tidak kamu langsung katakan?"

Dia pergi sambil bilang, "karena kamu sahabatnya..."

Suamiku terus membantu dia, semakin membuatku merasa suamiku masih memendam rasa suka padanya. Tapi setidaknya, sahabatku itu bisa pergi setelah mendapatkan pekerjaannya.


Aku minta teman suamiku untuk kasih gaji dia di awal agar sahabatku bisa cepat pergi dari rumahku untuk menyewa rumah. Tapi sahabatku masih tetap tinggal di rumahku meski dia sudah bekerja 3 hari lamanya.


Suatu ketika aku melihat suamiku yang mendekati sahabatku yang sedang nonton tv di ruang tamu. Aku melihatnya dari atas tangga. Berusah diam untuk melihat apa yang mereka perbuat.

Suamiku berkata, "jam tengah malam begini, istriku sudah tertidur. Kenapa kamu masih terjaga?"

Aku sudah curiga, saat di kamar tadi aku pura-pura tidur. Dan ketika suamiku keluar kamar, aku diam-diam mengikutinya.

Sahabatku tersenyum dan berkata, "punya istri tidak cantik pasti membuatmu tidak puas, kamu yang kaya serasa sia-sia punya istri seperti dia."

Pengen aku berteriak, tapi aku masih bisa tahan. Meski tangan ku gemetar. Suamiku berkata, "aku kayak karena istriku yang menemaniku dari nol, aku ke sini cuma mau bilang, kamu sudah dapat pekerjaan, tapi kenapa masih menginap di rumah kami?"

Sahabatku  berkata, "aku belum gajian, apa kamu mau mengusirku?"

Tentu aku kesal, padahal dia sudah dapat gaji di awal. Tapi berkata bohong. Suamiku sepertinya juga tidak tahu. Karena aku cuma bicara emoat mata sama teman suamiku yang kasih pekerjaan buat sahabatku itu.

Suamiku bilang sambil beranjak pergi, "kamu bisa menginap selama kamu mau jika belum punya uang untuk nyewa tempat lain."

Terlihat suamiku mau kembali ke kamar. Dengan cepat aku masuk duluan ke kamar. Sambil terus pura-pura tidur.


Saat suamiku kembali berbaring di kasur. Aku belagak bergerak sambil tidur dengan memeluknya. Aku tersenyum saat dia memelukku balik.


Keesokan harinya, aku sengaja makan dengan lambat. Seperti sahabatku yang juga makan dengan lambat. Suamiku menyelesaikan makannya dan berkata, "aku pergi kerja dulu..."

Kini cuma ada aku dan sahabatku, "enak jadi kamu, bisa masuk kerja siang dan dikasih gaji diawal?"

Sahabatku kaget, "dari mana tahu aku sudah di gaji?"

Aku tersenyum sinis, "aku yang minta ke bosmu?"

Dia kali ini tersenyum sinis, "jadi kamu menyukai bosku?"

Seketika aku bingung, "maksudmu?"

Tiba-tiba terdengar suara suamiku dari belakang, "maaf, aku lupa kasih salim pamit ke kamu..."

Aku segera cuci tangan dan mencium tangan suamiku, "harusnya aku yang minta maaf."

Dia mengangguk dan terlihat jalan dengan murung.

Saat aku kembali ke tempat duduk, terlihat sahabatku tersenyum, "cinta segiempat itu tidak ada salahnya..."

Kesal sekali pengen aku sembur dia pakai air kobokan. Tapi aku masih bisa sabar dan berusaha menyusul suamiku yang sedang mau masuk mobilnya, "tunggu... Aku harap kamu tidak salah paham. Aku bicara ke bos sahabatku yang juga temanmu cuma agar sahabatku di kasih gaji di awal jadi dia bisa pergi dari sini untuk sewa tempat tinggal baru." ucapku tanpa rem kayak kereta api.

Suamiku tersenyum, "aku percaya kamu, setidaknya aku bisa lega mendengar penjelasanmu."

Aku juga merasa lega.

Suamiku pergi dan sahabatku datang dan berdiri di sampingku. Dengan menahan rasa kesal yang masih ada, aku berkata, "jadi kamu sudah temukan tempat baru buat kamu sewa?"

Dia berkata, "sepertinya aku akan menginap lebih lama di sini karena gaji pertamaku sudah aku kasih semua ke orang tuaku."

Aku menatapnya sambil tercengang.



Setelah suamiku pulang kerja, aku langsung menyambutnya. Saat ini sahabtku masih kerja. Jadi aku bisa mengajak bicara suamiku tentang dia. Tapi sepertinya suamiku yang duluan bicara, "aku berencana ingin membelikan sahabatmu rumah? Bagaimana menurutmu!"

Aku yang bakalan tahu sahabatku segera pergi dari rumah ini tentu senang dan tanpa pikir panjang aku berkata, "iya aku setuju."

Dan tiba-tiba suamiku berbalik arah dan kembali pergi, "aku akan mengurus rumah baru untuk sahabatmu, jadi pergi dulu."

Aku terdiam sambil membawa tas kerja suamiku yang dia tinggalkan. Entah kenapa perasaanmu ada yang janggal. Dan aku teringat perkataan suamiku saat aku belum menikah dulu dengannya. Dia pernah berkata, "jika aku menyukai seseorang, aku akan membantu dia selalu tanpa menundanya."

Lututku langsung lemas. Aku bahkan tertunduk lesu. Apa suamiku masih menyukai dia. Apa sekarang dia pergi bersama sahabatku melihat rumah barunya. Aku hanya bisa menangis.

Tiba sahabatku datang, "kamu kenapa?" 

Aku kaget sekaligus senang. Aku tahu sahabatku tidak lagi bersama suamiku di luar sana.


Saat suamiku pulang lagi dia berkata, "ini kunci rumah yang sudah ku belikan untuk sahabatmu. Aku saja yang berikan. Temanku atau bosnya dia belum punya istri, dan berencana mau melamar sahabatmu. Jadi kita tidak perlu khawatir lagi. Tidak akan ku biarkan rumah tangga yang kita bangun dari nol runtuh begitu saja."

Aku menangis. Tapi kali ini bukan karena sedih tapi terharu senang. Meskipun suamiku masih punya rasa suka dengan sahabatku. Dia juga berjuang mati-matian untuk menjauhi sahabatku dan mempertahankan keutuhan rumah tangga kami.


(Selesai)

Download Wallpaper