Bagian 2 - Ada Psikopat Diantara Kita

Bagian 2 - Ada Psikopat Diantara Kita

Bagian 2: Gadis Periang Hana - Ada Psikopat Diantara Kita



"Meski dulu ada yang mati dikelas ini bukan menjadi alasan untuk takut. Dulu biarkan berlalu, sekarang kita jalani dengan riang." Ucap Hana.

Aku yang awalnya takut menjadi sedikit lega, "Betul juga kata Hana. Kalau begitu mari lanjutkan pemilihan ruang kamarnya. Nomor urut 1 sampai 4 langsung aku kasih ke para cowok."

Dan Deni langsung mengambilnya, "Serahkan padaku, biar aku bagikan kepada mereka." Ucapnya sambil tersenyum. Membuatku terpanah.

'BRAKKK...' bikin aku kaget. Gebi yang memukul meja langsung bicara, "Kamu bengong gitu, mau kemasukan hantu. Sini kunci kamarku, aku pilih nomor 5, gak masalah satu lorong sama para cowok."

Ini gadis bukan cuma tomboy juga kasar. Tapi itu menjadi mempermudah pemilihan kamar. Aku kira akan sulit mencari cewek yang mau satu lorong dengan para cowok.

Aku lalu membagikan sisanya ke Eka, Fani, Gebi dan Ima, lalu untuk kunci nomor terakhir, aku yang ambil.


Aku lalu temui guru kelas kami dan bilang pembagian kunci kamar sudah beres. Dan kata guru pembelajaran akan berhenti saat pukul 13 siang. Dan dilanjutkan pukul 14 siang. Jadi waktu kosong bisa digunakan untuk istirahat. Aku menyampaikannya ke teman sekelas. Mereka langsung membubarkan diri kecuali dengan siswa bernama Andi, aku lalu menyapanya, "Kamu gak main di luar kelas?"

Dia terlihat gugup. Belum sempat dia menjawab. Tiba-tiba Hana menarikku, "Ayo kita keluar Jesika, kita keliling sekolah." Aku lalu pergi.


Saat sambil jalan bersama Hana, aku berbincang, "Ku pikir aku akan sulit punya teman. Jadi aku berusaha mencatat semua tentang kalian agar mudah berteman. Tidak seperti saatku di sekolah dulu yang tidak punya teman satupun."

Dan Hana bilang, "Berarti aku teman pertamamu di sekolah ini yah. Wah aku beruntung sekali."

Aku tersenyum.

Dan dia lalu berkata, "Pokoknya jangan jadi pendiam kayak si Andi. Pasti kamu bakalan punya teman."

Aku jadi memikirkan Andi. Karena dia sama seperti aku dulu, "Gimana kalau kita kembali ke kelas. Aku ingin ajak Andi buat jalan-jalan juga bersama kita!"

Hana terlihat tidak suka, "Baiklah gak masalah Andi, asal jangan Gebi aja..."

Akupun bingung dan penasaran lalu berbalik dan bertanya, "Kenapa dengan Gebi?"

Dia bicara sambil tertawa, "Masa kamu tanya, lihat sendirikan Gebi gimana? Dia udah cewek tomboy, kasar dan gak ada sopannya lagi. Gak mungkin ada yang mau berteman dengan dia."

Meskipun aku tidak suka jawaban Hana tapi aku mencoba kasih saran, "Sebaiknya jangan kamu katakan seperti itu ke Gebi?"

Hana malah senyum. Aku lalu mencoba berbalik lagi untuk menuju kelas. Dan betapa kagetnya aku ketika melihat Gebi yang tiba-tiba ada di belakangku, "Kamu baru tiba?"

Gebi langsung melewatiku dan menghampiri Hana. Aku langsung mencoba melerai mereka, "Kalian jangan berkelahi. Kita baru saja kenalan dan jadi teman sekelas."

Dan Gebi berucap, "Kamu beruntung ada ketua kelas di sini. Aku akan buktikan aku juga bisa punya teman."

Kemudian Gebi pergi.


Dan Hana masih terlihat senyum-senyum gak jelas. Aku lalu ajak dia pergi bersama, "Sebaiknya kamu ikut aku ke kelas..."

Dan saat di kelas. Andi masih ada dipojok kelas bagian yang terang duduk sendiri. Aku sempatkan melihat pojok kelas sisi lain yang gelap. Cowok misterius bernama Candra itu sepertinya pergi. Entah kenapa aku penasaran dengan dia dan punya perasaan tidak enak. Tapi aku coba sembunyikan dan hampiri Andi, "Kita jalan keliling sekolah yuk..." Ajakku.

Dan Andi menjawab, "Aku di sini saja."

Dan Hana langsung menarik Andi berdiri, "Udah, apa asiknya di dalam kelas sendiri saja."

Kami bertiga lalu berjalan bersama.


Aku melihat Gebi terlihat bersama Ima, gadis penakut. Aku lalu bilang, "Lihat Hana, Gebi sepertinya serius dan ngajak Ima berteman."

Hana tertawa, "Masa kamu ngerti sih Jesika. Kamu tahu sendirkan Ima itu penakut. Jelas terlihat si cewek tomboy itu pasti ngajak Ima berteman dengan paksaan."

Aku coba nasehati Hana, "Han... Kamu sebaiknya jangan cari musuh."

Dan Hana menjawab, "Tenang aja Jes... Kalau Gebi udah punya satu teman, aku udah punya dua teman, kalian berdua. Jadi aku lebih unggul dari dia."

Andi yang dari tadi diam mulai bicara, "Sebaiknya Hana hati-hati, mungkin Gebi minta bantuan ke Ima buat santet kamu. Ima kan punya boneka seram yang dia bawa terus menerus."

Kali ini Hana tertawa lepas, "Hahaha, aku jadi mulai suka berteman denganmu Andi. Terima kasih telah menghiburku dengan cerita tidak masuk akalmu itu. Maaf, aku gak percaya mistis."


Saat malam hari tiba. Kami masuk ke kamar masing-masing. Dan pagi harinya. Tiba-tiba heboh semua murid sekelasku ketika mau turun dari tangga. Aku lalu tanya, "Ada apa?"

Semua terlihat terdiam dan ketakutan. Dan Andi menghampiriku, "Hana tewas terjatuh dari tangga!"

Aku kaget, tercengang. Aku mencoba menghampiri Hana. Tapi kami semua dilarang oleh para guru untuk turun dari lantai dua. Mayat Hana terlihat ditutupi kain dan di bawa para guru lain.

Guru kelas kami lalu menghampiri kami dengan ekspresi marah, "Kalian tahu sesuatu?"

Dan Eka menjawab, "Mungkin Hana tergelincir dari tangga saat mau turun?"

Guru kelas kami berteriak, "CCTV merekam ada sosok yang mendorong Hana. Karena tidak jelas sosok itu. MENGAKU KALIAAAN... Siapa pelakunya? Jangan menipu kami, Imposter!"

(Bersambung)

Download Wallpaper