Cerita Nyata Perempuan Cantik Belum Menikah Diusia 30 Tahun

Cerita Nyata Perempuan Cantik Belum Menikah Diusia 30 Tahun

Cerita nyata ini dituliskan oleh akun perempuan di suatu media sosial. Dia mencurahkan isi hatinya di sana. Dan karena banyak perempuan yang juga mengalaminya maka postingan tersebut dibagika berkali-kali. Berikut cerita selengkapnya.

Usia ku menuju 30 tahun, tahun terakhir berawalan 20 an dalam usia ku. Belum menikah. Dan mungkin memilih tidak dulu untuk saat ini.

Kenapa? Sebelum sampai kenapa akhirnya aku memilih itu, aku akan cerita terlebih dahulu agar tidak ada salah paham atau sampai mendapat tanggapan melewatkan takdir Tuhan.

Hampir 30 tahun lalu aku dilahirkan oleh seorang perempuan muda kala itu yang pernah ku jadikan acuan untuk menjadi wanita kuat. lbu ku melahirkan ku pada usia 18 tahun kala itu. Aku bersyukur kala itu aku terlahir dari keluarga yang sangat berkecukupan. Hingga sekolah ku dapat dengan mudah ku selesaikan tanpa ada issue soal biaya dan sebagai nya.

Usia 16 Tahun

Ketika usia ku 16 tahun, ayah dan ibu ku memutuskan untuk berpisah. Fase pertama yang kala itu ku rasa berat, sbg anak pertama dengan adik2 yang masih kecil saat itu aku seolah dipaksa untuk membekukan air mata ku yang sudah sangat memaksa keluar jatuh ke pipi ku. Sbg anak perempuan katanya jatuh cinta pertama nya adl dgn ayah nya, betul begitu juga dengan ku, namun ayah ku juga laki2 pertama yang menyakitiku.

Usia 23 Tahun

Beranjak lompat ke usia ku 23 aku di vonis salah satu penyakit mematikan yang hampir tidak ada yang bisa sembuh dari ini, pengobatan yang dilakukan hanya sbg memperpanjang hidup bukan menyembuhkan. Sempat koma 9 hari dan hampir passed away membuat ku sadar bahwa Tuhan memberi aku kesempatan hidup untuk bisa melakukan sesuatu untuk diriku maupun orang lain.

Usia 24 Tahun

Pada usia 24 tahun, terjadi pertengkaran antara ibu ku dan aku, ada yang ibu ku katakan yang sangat melukai ku hingga saat ini, namun memaafkan nya selalu ku coba lakukan. Jadi aku tinggal diluar rumah seorang diri tanpa keluarga dan bantuan financial keluarga ku sejak usia ku 24 tahun hingga hari ini.

Namun ternyata.. being adult itu memang tidak mudah, melelahkan dan sangat nano.

Usia 25 Tahun

Usia 25 aku harus merelakan pacar ku menikahi perempuan lain dikarenakan sebuah "kecelakaan" dan dia harus bertanggung jawab. Di fase ini mental ku terguncang, hingga aku memutuskan untuk pergi ke psikiater sebelum luka ku semakin dalam.

Usia 26-27 Tahun

Usia 26-27 aku mencoba membuka hati dan aku bertemu dengan secret admire ku yang baru tau dan ku temukan 10 tahun setelah nya, sayangnya saat bertemu dengan nya.. dia sudah menikah 2 tahun sebelum bertemu dengan ku, yang nyatanya 2 tahun sebelm dia menikah, dia masih berusaha menghubungi ku melalui social media tapi aku tidak membuka nya. Pria ini mengajarkan ku banyak hal, meskipun dia akan selalu menjadi teman karena kita bertemu di waktu yang tidak tepat dan tidaklah baik.

Usia 28 Tahun

Usia 28 aku bertemu kembali dengan seorang pria, membicarakan secara gentle arah hubungan kami dan satu persatu membuka kekurangan masing-masing, kala itu kami sama-sama menerima nya, namun Tuhan berkehendak lain. Pasangan ku meninggal ketika menjadi garda depan pada saat pandemic corona melanda Indonesia.

Setelah itu, aku focuskan diriku hanya untuk mendekatkan diri ku kepada Tuhan, pelan-pelan cara mikir ku berubah dalam hidup, salah satu nya. Aku yang 5 tahun lalu berfikir ingin menikah ingin lari dari masalah keluarga berubah menjadi ingin menikah karen ingin punya anak, hingga saat itu berubah menjadi aku ingin menikah untuk menyempurnakan ibadah ku.

Usia 29 Tahun

Hingga tepat di usia ku ke 29, aku tidak melakukan perayaan apapun. Aku tidak ingin adanya tiup lilin, melakukan kegiatan dan acara apapun. Usia ke 29 aku lakukan untuk koreksi diri dan ku gunakan untuk ku berdoa dengan lebih lantang.

Doa nya seperti ini yang ku ingat

"Ya Tuhan... Tuhan tau apa yang saya mau untuk pasangan Tuhan sudah tau, bahkan saya se spesifik itu dalam meminta, dari mulai profesi, tinggi badan, model rambut hingga sifat dan sikap. Misalnya sespesifik cowok yang strong foundation meliputi Edu, attitude, sesimple bersih, rapi, sholat subuh ke masjid, yang gabisa naik motor dan dokter bedah (bukan karen profesi bukan karena materi, tapi karena hal lain nya yg mungkin nanti saya ceritakan Iebih spesifik di kesempatan lain) kebetulan 3 mantan saya adalah dokter bedah.

Betapa baiknya Tuhan dengan saya, jadi saat itu yg saya ingat saya tidak lagi menyebutkan semua nya. Saya hanya sebut "YaTuhan, Tuhan tau apa yang saya mau untuk pasangan dan apa tujuan saya untuk menikah, tolong pertemukan saya dgn jodoh yg terbaik menurut engkau sebelum usia saya 30 tahun" bukan karena faktor usia, atau ingin buru-buru tapi saya takut nyaman jika lewat dari 30 tahun, hanya itu yang saya takutkan saya takut terlalu nyaman hingga bablas. 

Tanpa perlu menunggu lama, Kurang lebih 1 bulan 20 hari setelah hari ulang tahun saya ke 29 setelah nya Tuhan pertemukan dengan seseorang. Tuhan memang tidak memberikan standart tinggi badan yang saya mau, beliau juga belum menjadi dokter bedah, tapi baru calon dokter bedah, usia nya lebih muda 1 tahun di bawah saya, tapi Tuhan ganti dengan sikap yang sangat hangat yang bahkan saya tidak sekalipun berpikir untuk meminta yang sebaik ini.

Pria ini menyatakan keseriusan nya dengan saya hanya dalam waktu 1 bulan dari perkenalan kami, dengan trauma yang terjadi aku mulai membuka satu persatu luka batin ku, kesehatan mental ku, dan tujuan ku berumah tangga, agar aku dapat menyamakan visi dan misi untuk bisa membangun rumah tangga yang tentunya tidak mudah. Ibadah paling panjang tentunya tidak akan mudah.

Sebagai pasien psikiater selama hampir 6 tahun dengan diagnosa PTSD banyak hal aneh yang kadang terjadi. Salah satunya aku bisa menangis mendadak tanpa sebab dalam durasi yang lumayan lama. Aku harus sampaikan hal itu krn jika dia menjadi suami ku nanti tentunya dia akan menemukan keadaan itu suatu saat dan aku harap dia menerima nya nya krn itu bagian dari proses penyembuhan aku. Karena sadar ingin menjadi ibu dan istri yang baik aku jadi mengobati kesehatan mental ku agar nanti nya aku bisa memotong sumbu basah kesakitan yang diberikan keluarga ku terhadap ku agar tidak menjadi rantai sambung untuk anak masa depan ku nanti.

Yang ku ingat saat itu dia memeluku dengan sangat erat, dan mengatakan "pokoknya kalau kita sama nanti beban seberat apapun kamu harus bagi sama aku ya, jangan kamu pikir sendiri lagi" lalu dia meneteskan air mata.

Pertama kali nya aku lihat ada seorang pria nangis dihadapan ku. Seperti di siram air super dingin yang mendadak membekukan badan dan air mata ku saat itu aku hanya berucap "Tolong dan janji untuk jangan dan tidak pergi ya"

Sejak saat itu berulang-ulang kalau ku selalu sebutkan "Tuhan kebaikan apa yang sudah ku lakukan hingga engkau menghadirkan dia sebagai penawar hidup ku yang sangat menyakitkan selama ini, tiada henti ku selalu ucap terima kasih kepada Tuhan"

Selang sebulan setelah dia menyatakan keseriusan nya kami memutuskan untuk menikah. Semua persiapan sudah dilakukan, dari menentukan tanggal, membeli cincin kawin hingga menyewa penghulu untuk akad nikah kami. Masih jelas teringat dalam ingatan, benak dan pikiran ku akan hari-hari itu, hari dimana aku merasa telah sampai pada tujuan ku, segala lelah ku rasanya terbayar melalui kehadiran nya. Segala pertanyaan ku rasa nya terjawab setelah dia ada dengan jarak sangat dekat dengan ku.

Tanpa pernah terbayangkan dalam pikiran ku bahwa akan secepat ini aku akhirnya sampai pada masa yang teman-teman ku telah lalui beberapa tahun sebelum nya, kehadiran nya bukan hanya memberiku sebuah kebahagian, tapi juga keberanian ku akan setiap hal, termasuk pilihan keputusan yang akan ku lakukan bersama nya, dengan nya seolah-olah aku tidak merasakan takut sedikitpun.

Namun, H-5 sebelum acara suci itu tiba, Hingga akhirnya aku sampai pada hari yang paling ku takutkan, dia berubah jadi sosok yang hampir tidak ku kenali, dia berubah menjadi monster dalam mimpi buruk ku, harusnya ku menjauh agar ku tak terluka, tapi seperti yang sudah sering ku sampaikan dengan nya aku tidak merasakan takut apapun hari itu aku justru maju paling depan seolah-olah aku siap terluka, dan nyatanya tidak hanya terluka tapi aku membiarkan diriku jatuh ke tanah dengan orang-orang lari di sekelilingku, dan dengan sadar ku membiarkan orang-orang itu menginjak-injak ku tanpa ada keinginan ku untuk bangun dan berlari seperti yang lain nya.

Dia mengatakan membatalkan rencana ini tepat 5 hari sebelum hari itu sempat terlaksana.

Dengan banyak air mata, dada yang sakit dan nafas yang terkadang terasa sulit, berdialog lebih sering dengan diri ku sendiri untuk mengingatkan agar esok hari lebih kuat lagi dari hari ini menjadi hal baru yang rutin ku lakukan. Percobaan bunuh diri akhirnya ku lakukan Karena kali ini rasanya diriku berteriak dan anak kecil dalam diriku marah dan bilang "oke cukup stop"

Belum cukup sampai disitu, melalui ketakutan dan luka hingga harapan ku untuk dia tidak melakukan hal yang membuat ku luka dgn ku buka kesakitan2 an ku di masa lalu, aku percaya untuk memberikan luka, ketakutan hingga kelemahan ku kepada nya meskipun jujur soal luka masa lalu itu tidaklah mudah. Tapi pada akhirnya dia dan keluarga nya juga menikam ku dengan semua kelemahan ku dan cerita masa lalu ku.

Aku di hina dan direndahkan, mental ilness ku dianggap drama, mereka bilang orang sakit jiwa itu di obatin bukan dibuat drama (kalau saja aku punya tenaga untuk jawab, mungkin sudah ku jawab, aku sudah 6 tahun menjadi pasien psikiater karena aku concern akan hal itu, jadi aku berobat kok bukan semata-mata cari perhatian) tapi rasanya saat itu aku tidak punya tenaga terlebih lagi itu orang tua yang berbicara jadi aku hanya sampaikan terima kasih tanpa menghilangkan rasa hormat ku kepada keluarga mereka.

Kepergian dia nyatanya membuat saya semakin trauma, ini bukan 1x sudah 3x terjadi apakah kali ini saya tidak boleh bilang bahwa saya capek? Kepergian nya bukan hanya membuat trauma dan merobek luka saya yang sama, tapi juga membuat mimpi saya menikah sudah saya matikan dalam diri saya.

Kenapa? Dengan semua hal yang terjadi di hidup aku, bagian mana lagi yang bisa aku kedepan nya aku akan percaya sama laki-laki yang ingin serius dengan ku?

Di berikan promise ring (cincin tanda keseriusan) sudah lebih dr 4x. Tidak diterima keluarga calon pasangan karena status divorce orang tua saya. Pernah. Di tinggal menikah sama pasangan saya. Pernah. Ditinggal meninggal sama pasangan saya. Pernah. Hingga... di yakinkan sebegitunya dengan pria dan menunjukan ke seriusan nya dengan saya, nyatanya h-5 sebelum itu terjadi dia pergi juga. 

Lantas, bagian mana saya bisa percaya laki-laki di kehidupan saya selanjutnya? 

Teruntuk kamu karakter terakhir dibalik cerita di atas, saya tau kamu nggak akan baca ini, tapi kalau suatu hari kamu baca, saya cuma mau bilang terima kasih telah memilih saya untuk menjadi salah satu orang yang pernah kamu ajak main ke kehidupan kamu, terima kasih telah begitu berani memperjuangkan saya diatas kekurangan saya, Semoga kamu berbahagia ketika memilih meninggalkan saya dengan luka yang terbuka dan begitu dalam.

Download Wallpaper