Antara Suka Dirinya Atau Dia (Part 11)
Langit yang dari tadi mendung membuatku kaget.
"DOAAAARD!!!"
Jantungku berdetak tidak beraturan melihat kilatan cahaya yang diikuti dengan cepat suara petir menggelegar.
"Hah hah, hah!" Seharusnya aku menutup kuping, aku malah memegangi dadaku yang terasa aneh. Napasku juga aneh.
"AHHH!" Teriakku sambil memejamkan mata saat sosok di belakangku beralih ke depanku dan memegang kedua bahuku.
"Enli, dadamu sakit?" Tanyanya.
Dia perhatian padaku. Kalau hantu tidak mungkin seperti itu.
Saat aku membuka mata perlahan ada sosok Buna di depanku. Dia yang tidak ku inginkan malah datang.
"Aku tidak apa-apa!" Balasku. Walau napasku masih terasa ada yang mengganjal.
Aku tetap melangkahkan kaki ke dalam sekolah. Buna kembali mendekatiku. Aku membiarkan dia.
Di halaman sekolah, langkahku terhenti saat Fajer menghalangiku.
"Minggir!" Ucapku, ingin cepat-cepat ke dalam kelas untuk istirahat.
"Minumlah air mineral ini. Mungkin bisa meringankan pernapasanmu." Ucap Fajer sambil memberikan botol air putih.
Mungkin aku memang butuh itu, entah bagaimana dia tahu aku punya masalah di pernapasanku. Mungkin dia melihatku dari jauh saat aku memegangi dadaku. Aku lalu menerimanya.
Aku kesulitan membukanya karena masih tersegel.
"Biar aku yang buka!" Ucap Buna dan Fajer bersamaan.
Aku bingung, tapi ku serahkan ke Buna yang berada di sampingku.
Buna membukakannya untukku. Saat aku meminumnya, napasku mulai baikan. Tapi masalah lain muncul. Darahku seketika naik. Saat melihat kak Enja bersama Ahaya berduaan. Dengan rasa kesal aku menghampiri mereka yang terlihat berbincang. Buna juga mengikutiku. Sedangkan Fajer tidak.
"Jadi kamu mendekatiku biar bisa mendekatinya!" Marahku di hadapan Ahaya dan kak Enja.
"Kamu cemburu melihatku dekat dengan orang lain?" Ucap Ahaya bikin aku bingung.
"Akhhh..." Aku pusing dan kesal. Aku tidak bisa bilang aku cemburu lihat kak Enja dekat dengan gadis lain karena kak Enja, kakak kandungku sendiri. Aku juga gak bisa iyakan perkataan Ahaya, aku cemburu lihat dia dengan dengan orang lain karena kami sama-sama perempuan.
Aku lalu meninggalkan mereka.
"Kamu sebenarnya suka sama Enja, atau Ahaya?" Tanya Buna malah bikin aku emosi.
"Tidak dua-duanya!" Ucapku kesal.
"Jadi kamu kesal kenapa?" Tanya Buna tambah aku naik darah saja.
"Sebenarnya mau kamu apa sih? Tanya aku terus!" Tanyaku balik.
"Aku mau kamu jadi pacarku?" Ucapnya bikin aku tercengang dan menghentikan langkahku tepat di bawah pohon besar di halaman sekolah.
Aku melihat kak Enja dan Ahaya berlari menuju ke arahku. Ini mungkin saat yang tepat bikin kak Enja cemburu padaku.
"Iya, aku mau jadi pacarmu." Ucapku cepat kepada Buna.
Seketika, bunyi keras terdengar, "DOAAAARD!!!"
Cahaya terang dari langit menyilaukan mataku, membuatku tertunduk ke bawah.
Tiba-tiba suara gemuruh membuat tanahku berpijak bergetar.
Aku terjatuh dan kaget melihat ada tangan dari dalam tanah.
(Bersambung)
"DOAAAARD!!!"
Jantungku berdetak tidak beraturan melihat kilatan cahaya yang diikuti dengan cepat suara petir menggelegar.
"Hah hah, hah!" Seharusnya aku menutup kuping, aku malah memegangi dadaku yang terasa aneh. Napasku juga aneh.
"AHHH!" Teriakku sambil memejamkan mata saat sosok di belakangku beralih ke depanku dan memegang kedua bahuku.
"Enli, dadamu sakit?" Tanyanya.
Dia perhatian padaku. Kalau hantu tidak mungkin seperti itu.
Saat aku membuka mata perlahan ada sosok Buna di depanku. Dia yang tidak ku inginkan malah datang.
"Aku tidak apa-apa!" Balasku. Walau napasku masih terasa ada yang mengganjal.
Aku tetap melangkahkan kaki ke dalam sekolah. Buna kembali mendekatiku. Aku membiarkan dia.
Di halaman sekolah, langkahku terhenti saat Fajer menghalangiku.
"Minggir!" Ucapku, ingin cepat-cepat ke dalam kelas untuk istirahat.
"Minumlah air mineral ini. Mungkin bisa meringankan pernapasanmu." Ucap Fajer sambil memberikan botol air putih.
Mungkin aku memang butuh itu, entah bagaimana dia tahu aku punya masalah di pernapasanku. Mungkin dia melihatku dari jauh saat aku memegangi dadaku. Aku lalu menerimanya.
Aku kesulitan membukanya karena masih tersegel.
"Biar aku yang buka!" Ucap Buna dan Fajer bersamaan.
Aku bingung, tapi ku serahkan ke Buna yang berada di sampingku.
Buna membukakannya untukku. Saat aku meminumnya, napasku mulai baikan. Tapi masalah lain muncul. Darahku seketika naik. Saat melihat kak Enja bersama Ahaya berduaan. Dengan rasa kesal aku menghampiri mereka yang terlihat berbincang. Buna juga mengikutiku. Sedangkan Fajer tidak.
"Jadi kamu mendekatiku biar bisa mendekatinya!" Marahku di hadapan Ahaya dan kak Enja.
"Kamu cemburu melihatku dekat dengan orang lain?" Ucap Ahaya bikin aku bingung.
"Akhhh..." Aku pusing dan kesal. Aku tidak bisa bilang aku cemburu lihat kak Enja dekat dengan gadis lain karena kak Enja, kakak kandungku sendiri. Aku juga gak bisa iyakan perkataan Ahaya, aku cemburu lihat dia dengan dengan orang lain karena kami sama-sama perempuan.
Aku lalu meninggalkan mereka.
"Kamu sebenarnya suka sama Enja, atau Ahaya?" Tanya Buna malah bikin aku emosi.
"Tidak dua-duanya!" Ucapku kesal.
"Jadi kamu kesal kenapa?" Tanya Buna tambah aku naik darah saja.
"Sebenarnya mau kamu apa sih? Tanya aku terus!" Tanyaku balik.
"Aku mau kamu jadi pacarku?" Ucapnya bikin aku tercengang dan menghentikan langkahku tepat di bawah pohon besar di halaman sekolah.
Aku melihat kak Enja dan Ahaya berlari menuju ke arahku. Ini mungkin saat yang tepat bikin kak Enja cemburu padaku.
"Iya, aku mau jadi pacarmu." Ucapku cepat kepada Buna.
Seketika, bunyi keras terdengar, "DOAAAARD!!!"
Cahaya terang dari langit menyilaukan mataku, membuatku tertunduk ke bawah.
Tiba-tiba suara gemuruh membuat tanahku berpijak bergetar.
Aku terjatuh dan kaget melihat ada tangan dari dalam tanah.
(Bersambung)
Posting Komentar
Posting Komentar