Dibalik Sosok Tak Terbayangkan (Part 22)
Inda benar-benar tidak tahu maksud Aga memperlihatkan wajahnya yang mengerikan, "Ada apa denganmu Aga?"
Aga membawa sebuah kotak dan menjatuhkannya di depan Inda, "Aku yang sebenarnya tidak lepas dari luka. Di kotak itu ada semua yang kamu butuhkan untuk mengobatiku!"
Inda tampak marah, "Kenapa wajahmu berlumuran darah Aga?"
Aga menjawabnya santai, "Itu urusan laki-laki. Kamu tidak perlu tahu. Tapi karena kamu mahasiswi kedokteran, sepertinya perlu untuk mengobatiku."
Inda yang takut Aga kehabisan darah segera membongkar kotak yang di bawa Aga, lalu mengelap darah yang membasahi hampir seluruh wajah Aga sehingga tampak mengerikan. Kemudian membersihkan, menjahit dan memperbannya sambil terus menangis, tidak tega orang yang dia suka harus terluka seperti ini.
Aga termenung melihat Inda, "Berhentilah menangis. Aku akan mengantarkanmu pulang."
Senyuman tergambar di wajah Inda ketika melihat wajah Aga sudah tidak mengerikan lagi, "Aku ingin menginap di rumahmu!"
Aga mencoba memegang tangan Inda, "Aku tidak mengizinkannya!" Inda yang tahu jawaban Aga segera berlari sebelum sempat dipegang Aga.
Inda berlari menuju rumah Aga dan mengendor-gendor pintunya, "Om...Tante... Bukai'in pintu."
Aga mendekati Inda, membuat Inda takut diantar paksa Aga ke rumah, "Jangan Aga..."
Tiba-tiba pintu terbuka. Tampak ayah Aga berdiri, "Apa yang kamu lakukan pada teman gadismu sendiri, Aga..."
Aga tidak menjawab pertanyaan ayahnya dan memilih mengomentari Inda, "Kamu sepertinya semakin gesit saja, aku tidak perlu melakukan itu lagi."
Inda yang berpikir Aga akan mengusirnya segera bicara, "Om, aku mau menginap di sini. Aku takut pulang, meskipun diantar Aga. Aku gak yakin dia bisa melindungiku, melindungi dirinya saja gak bisa."
Langsung di jawab oleh ayah Aga, "Tentu silahkan!"
Saat memasuki rumah Aga yang diterangi lampu redup, Inda merasakan ada sesuatu yang aneh. Dia melihat ke arah Aga di belakangnya, dia baru sadar mengenai keanehan itu, "Aga..."
Aga menjawabnya datar, "Kamu akhirnya menyadarinya."
(Bersambung)
Aga membawa sebuah kotak dan menjatuhkannya di depan Inda, "Aku yang sebenarnya tidak lepas dari luka. Di kotak itu ada semua yang kamu butuhkan untuk mengobatiku!"
Inda tampak marah, "Kenapa wajahmu berlumuran darah Aga?"
Aga menjawabnya santai, "Itu urusan laki-laki. Kamu tidak perlu tahu. Tapi karena kamu mahasiswi kedokteran, sepertinya perlu untuk mengobatiku."
Inda yang takut Aga kehabisan darah segera membongkar kotak yang di bawa Aga, lalu mengelap darah yang membasahi hampir seluruh wajah Aga sehingga tampak mengerikan. Kemudian membersihkan, menjahit dan memperbannya sambil terus menangis, tidak tega orang yang dia suka harus terluka seperti ini.
Aga termenung melihat Inda, "Berhentilah menangis. Aku akan mengantarkanmu pulang."
Senyuman tergambar di wajah Inda ketika melihat wajah Aga sudah tidak mengerikan lagi, "Aku ingin menginap di rumahmu!"
Aga mencoba memegang tangan Inda, "Aku tidak mengizinkannya!" Inda yang tahu jawaban Aga segera berlari sebelum sempat dipegang Aga.
Inda berlari menuju rumah Aga dan mengendor-gendor pintunya, "Om...Tante... Bukai'in pintu."
Aga mendekati Inda, membuat Inda takut diantar paksa Aga ke rumah, "Jangan Aga..."
Tiba-tiba pintu terbuka. Tampak ayah Aga berdiri, "Apa yang kamu lakukan pada teman gadismu sendiri, Aga..."
Aga tidak menjawab pertanyaan ayahnya dan memilih mengomentari Inda, "Kamu sepertinya semakin gesit saja, aku tidak perlu melakukan itu lagi."
Inda yang berpikir Aga akan mengusirnya segera bicara, "Om, aku mau menginap di sini. Aku takut pulang, meskipun diantar Aga. Aku gak yakin dia bisa melindungiku, melindungi dirinya saja gak bisa."
Langsung di jawab oleh ayah Aga, "Tentu silahkan!"
Saat memasuki rumah Aga yang diterangi lampu redup, Inda merasakan ada sesuatu yang aneh. Dia melihat ke arah Aga di belakangnya, dia baru sadar mengenai keanehan itu, "Aga..."
Aga menjawabnya datar, "Kamu akhirnya menyadarinya."
(Bersambung)
Posting Komentar
Posting Komentar