Diperebutkan Laki-Laki (Part 3)
Mereka memperebutkanku untuk memilikiku, aku bisa terima. Tapi caranya yang tidak bisa aku terima.
"Aku menyukaimu. Pilih aku. Kalau tidak aku akan bunuh kamu dengan pisau ini." Ancam laki-laki yang mengarahkan pisaunya ke leherku.
"Aku juga menyukaimu. Kalau tidak pilih aku, aku akan mematahkan tanganmu." Ancam laki-laki lain.
Aku terdiam. Lalu menoleh ke arah laki-laki yang mengancam menyiksaku bukan menghabisiku. Aku rasa dia punya sedikit rasa kasihan padaku dan aku harap dia mau melepaskanku tanpa harus mematahkan tanganku.
"Sebaiknya cepat kamu putuskan sebelum aku melakukannya." Ucap pria itu.
Padahal mereka punya gadis di kelompoknya tapi tetap mengincarku.
"Mereka dikuasai nafsu. Sangat tidak mungkin memohon padanya." Ucap Anja yang berada di depanku.
"Tolong aku lagi Anja." Ucapku menjadikan dia harapan terakhirku.
"Kamu bicara dengan siapa? Apa kamu gila. Itu tidak masalah. Karena tubuhmu masih indah." Ucap salah satu laki-laki itu.
"Mereka menggunakan senjata biasa, otot dan pisau. Bukan senjata modern seperti sebelumnya. Maaf aku tidak bisa menghentikan mereka." Ucap Anja membuatku kesal.
"Oh iya, kamu juga laki-laki. Jadi ingin melihatku dilecehkan oleh mereka." Tuduhku kepada Anja.
"Tundukan kepalamu. Kain yang mengikat dikepalamu terlihat longgar. Mungkin mereka juga pecaya mitos. Jika mereka melihat kelainan pada matamu. Mereka akan takut." Ucap Anja.
Aku segera melakukan apa yang diperintahkan Anja. Benar perkiraannya. Saat mereka melihat mataku. Mereka takut dan melepaskanku. Mereka pikir tatapan mataku dapat menularkan virus Zombi.
Tanpa pikir panjang aku kembali berlari meninggalkan mereka. Hingga mereka tidak terlihat olehku.
"Jangan berhenti di tempat terbuka. Carilah tempat tertutup." Ucap Anja.
"Kamu enak cuma perintah aku. Kenapa kamu tidak bisa menolongku seperti sebelumnya? Kamu bisa buat tubuh mereka tidak berfungsi." Balasku kesal dan lelah.
"Aku hanya bisa menghentikan senjata sebelumnya karena dibuat oleh pemerintah. Aku tidak bisa hentikan pisau otot, ataupun manusia. Senjata modern buatan pemerintah bisa dihentikan dari jarak jauh jika militer mencoba berpenghianat. Melihat para warga biasa memiliki senjata tentara, aku rasa polisi, tentara dan pemerintah sudah tidak ada." Jelas Anja.
"Jadi itu yang membuat mereka tidak patuh lagi dengan aturan dan memperlakukan aku dengan tidak sopan. Terus, jika kamu bukan manusia dan hantu. Apa kamu pemerintah?" Tanyaku lagi.
"Aku bukan pemerintah." Ucapan Anja membuatku geregetan.
Tiba-tiba muncul laki-laki dari jarak yang cukup jauh.
"Aku pastikan kamu akan terkena panah asmara dariku." Teriaknya.
"Dia bilang ingin memberikan panah asmaranya. Apa dia salah satu yang menyukaiku." Ucapku.
"Mungkin kamu salah dengar." Ucap Anja.
"Buat apa aku mendengarkanmu yang tidak nyata." Ucapku ke Anja.
Tiba-tiba kepalaku pusing.
(Bersambung)
"Aku menyukaimu. Pilih aku. Kalau tidak aku akan bunuh kamu dengan pisau ini." Ancam laki-laki yang mengarahkan pisaunya ke leherku.
"Aku juga menyukaimu. Kalau tidak pilih aku, aku akan mematahkan tanganmu." Ancam laki-laki lain.
Aku terdiam. Lalu menoleh ke arah laki-laki yang mengancam menyiksaku bukan menghabisiku. Aku rasa dia punya sedikit rasa kasihan padaku dan aku harap dia mau melepaskanku tanpa harus mematahkan tanganku.
"Sebaiknya cepat kamu putuskan sebelum aku melakukannya." Ucap pria itu.
Padahal mereka punya gadis di kelompoknya tapi tetap mengincarku.
"Mereka dikuasai nafsu. Sangat tidak mungkin memohon padanya." Ucap Anja yang berada di depanku.
"Tolong aku lagi Anja." Ucapku menjadikan dia harapan terakhirku.
"Kamu bicara dengan siapa? Apa kamu gila. Itu tidak masalah. Karena tubuhmu masih indah." Ucap salah satu laki-laki itu.
"Mereka menggunakan senjata biasa, otot dan pisau. Bukan senjata modern seperti sebelumnya. Maaf aku tidak bisa menghentikan mereka." Ucap Anja membuatku kesal.
"Oh iya, kamu juga laki-laki. Jadi ingin melihatku dilecehkan oleh mereka." Tuduhku kepada Anja.
"Tundukan kepalamu. Kain yang mengikat dikepalamu terlihat longgar. Mungkin mereka juga pecaya mitos. Jika mereka melihat kelainan pada matamu. Mereka akan takut." Ucap Anja.
Aku segera melakukan apa yang diperintahkan Anja. Benar perkiraannya. Saat mereka melihat mataku. Mereka takut dan melepaskanku. Mereka pikir tatapan mataku dapat menularkan virus Zombi.
Tanpa pikir panjang aku kembali berlari meninggalkan mereka. Hingga mereka tidak terlihat olehku.
"Jangan berhenti di tempat terbuka. Carilah tempat tertutup." Ucap Anja.
"Kamu enak cuma perintah aku. Kenapa kamu tidak bisa menolongku seperti sebelumnya? Kamu bisa buat tubuh mereka tidak berfungsi." Balasku kesal dan lelah.
"Aku hanya bisa menghentikan senjata sebelumnya karena dibuat oleh pemerintah. Aku tidak bisa hentikan pisau otot, ataupun manusia. Senjata modern buatan pemerintah bisa dihentikan dari jarak jauh jika militer mencoba berpenghianat. Melihat para warga biasa memiliki senjata tentara, aku rasa polisi, tentara dan pemerintah sudah tidak ada." Jelas Anja.
"Jadi itu yang membuat mereka tidak patuh lagi dengan aturan dan memperlakukan aku dengan tidak sopan. Terus, jika kamu bukan manusia dan hantu. Apa kamu pemerintah?" Tanyaku lagi.
"Aku bukan pemerintah." Ucapan Anja membuatku geregetan.
Tiba-tiba muncul laki-laki dari jarak yang cukup jauh.
"Aku pastikan kamu akan terkena panah asmara dariku." Teriaknya.
"Dia bilang ingin memberikan panah asmaranya. Apa dia salah satu yang menyukaiku." Ucapku.
"Mungkin kamu salah dengar." Ucap Anja.
"Buat apa aku mendengarkanmu yang tidak nyata." Ucapku ke Anja.
Tiba-tiba kepalaku pusing.
(Bersambung)
Posting Komentar
Posting Komentar