Kedatangan Pemuda Misterius (Part 1)
Tok...tok...tok...
"Iya! bentar." ucap Inda, gadis kuliahan yang tinggal sendirian di rumah peninggalan kakeknya.
Dia membuka pintu tanpa melihat dulu lewat jendela.
"Siapa kamu?" tanya Inda kepada pemuda berjaket dan celana panjang putih.
Tapi pemuda itu tidak menjawab dan masuk begitu saja.
Membuat Inda panik. "Keluar!" teriaknya.
Tapi si pemuda semakin masuk. Inda kemudian berlari ke lantai dua dan masuk ke kamarnya. Mengambil HPnya. Berkali-kali dia mencoba membuka kode HPnya selalu salah.
"Sial, kenapa aku bikin kode rumit sekali sih." keluh Inda.
Kemudian dia teringat masa lalu saat temannya melihat dia sedang membuka kode HPnya. Si teman bertanya, "Yang benar aja. Kok kamu bikin kode gitu."
Dijawab oleh Inda, "Kehidupanku sudah rumit. Jadi gak masalah bikin kode rumit. Aku bakalan ingat kok, asal gak panik aja."
Dari masa lalu itu, Inda sadar.
"Aduh!" sambil menepuk jidat.
Suara langkah pemuda itu semakin mendekat.
Inda mengambil kumpulan kunci lalu keluar kamar. Terlihat si pemuda sudah selesai naik tangga dan menatapnya.
"Apa maumu?" teriak Inda.
Tidak disangka pemuda itu menjawab, "Aku ingin menciummu hingga lemas. Aku ingin memelukmu hingga terlelap."
Inda benar-benar kaget, "Dasar gila."
Lalu dia pergi ke tangga satunya lagi. Turun ke lantai satu. Menuju pintu ke luar.
Sekarang dia menuju pagar. Pagarnya terkunci rantai. Inda mengeluarkan kumpulan kuncinya. Mencoba satu persatu, sudah 10 kunci gak ada yang bisa buka. Masih ada 20 lagi. Sedangkan si pemuda semakin mendekat.
"Yang mana sih kuncinya!" keluh Inda panik. Dia lalu berpikiran untuk memanjat. Tapi tidak bisa.
"Aduh, aku pakai rok panjang."
Dia ingat sesuatu.
"Oh iya. Di samping rumahkan ada tangga."
Inda segera berlari ke samping rumah. Si pemuda yang berada di pintu melihatnya.
Inda senang tangga sudah tersandar ke sisi tembok, "Bagus. Aku tidak perlu repot lagi mindahin."
Si pemuda sedang menuju ke arahnya.
Inda bergegas naik tangga. Sesampai di puncak.
"Ahhh, sakit!!!" Inda tidak menyadari di atas tembok banyak pecahan kaca yang menancap hingga melukai kedua tangannya. Darah segar keluar.
Si pemuda sudah berada di bawah tangga. Dia kembali bicara, "Aku terlalu mencintaimu terlalu dalam. Matamu berhasil menghipnotisku. Kamu menjerat jiwaku."
Mendengar itu Inda tidak menghiraukan. Tapi melihat di balik tembok dia mulai ragu. Meski tidak terlalu tinggi dia tetap takut lalu melihat ke bawah, "Kamu ingin jadi pacarku kan? Kalau begitu aku terima. Kamu tidak mungkinkan nyakitin pacarmu sendiri."
Si pemuda itu menjawab, "Aku ingin menciummu hingga lemas. Aku ingin memelukmu hingga terlelap."
Inda merasa jijik, "Diam..., aku terjun nih."
Si pemuda memegang tangga. Tanpa pikir panjang, Inda meloncat di balik tembok.
"Aggh. Apa? aku belum mati." Meski sakit, Inda masih sadar.
Dia mencoba berdiri tapi kakinya terkilir. Dia kesakitan. Terlihat olehnya si pemuda sudah mencapai puncak tembok.
Inda merangkak sekuat tenaga. Menggunakan sisa-sisa tenaganya.
Sepanjang jalan dipenuhi darah dari tangan Inda. Hingga dia tidak tahan dengan rasa sakitnya kemudian pingsan.
...
Inda terbangun, dia heran.
"Anda sekarang ada di rumah sakit Nona." ucap perawat di sampingnya.
Inda senang itu cuma mimpi.
"Pemuda tampan itu, membawa nona ke sini." lanjut si perawat.
Inda kaget, "Jangan bilang, pakaiannya serba putih."
"Binggo." jawab si perawat.
"Ahh" teriak histeris Inda.
(Bersambung)
"Iya! bentar." ucap Inda, gadis kuliahan yang tinggal sendirian di rumah peninggalan kakeknya.
Dia membuka pintu tanpa melihat dulu lewat jendela.
"Siapa kamu?" tanya Inda kepada pemuda berjaket dan celana panjang putih.
Tapi pemuda itu tidak menjawab dan masuk begitu saja.
Membuat Inda panik. "Keluar!" teriaknya.
Tapi si pemuda semakin masuk. Inda kemudian berlari ke lantai dua dan masuk ke kamarnya. Mengambil HPnya. Berkali-kali dia mencoba membuka kode HPnya selalu salah.
"Sial, kenapa aku bikin kode rumit sekali sih." keluh Inda.
Kemudian dia teringat masa lalu saat temannya melihat dia sedang membuka kode HPnya. Si teman bertanya, "Yang benar aja. Kok kamu bikin kode gitu."
Dijawab oleh Inda, "Kehidupanku sudah rumit. Jadi gak masalah bikin kode rumit. Aku bakalan ingat kok, asal gak panik aja."
Dari masa lalu itu, Inda sadar.
"Aduh!" sambil menepuk jidat.
Suara langkah pemuda itu semakin mendekat.
Inda mengambil kumpulan kunci lalu keluar kamar. Terlihat si pemuda sudah selesai naik tangga dan menatapnya.
"Apa maumu?" teriak Inda.
Tidak disangka pemuda itu menjawab, "Aku ingin menciummu hingga lemas. Aku ingin memelukmu hingga terlelap."
Inda benar-benar kaget, "Dasar gila."
Lalu dia pergi ke tangga satunya lagi. Turun ke lantai satu. Menuju pintu ke luar.
Sekarang dia menuju pagar. Pagarnya terkunci rantai. Inda mengeluarkan kumpulan kuncinya. Mencoba satu persatu, sudah 10 kunci gak ada yang bisa buka. Masih ada 20 lagi. Sedangkan si pemuda semakin mendekat.
"Yang mana sih kuncinya!" keluh Inda panik. Dia lalu berpikiran untuk memanjat. Tapi tidak bisa.
"Aduh, aku pakai rok panjang."
Dia ingat sesuatu.
"Oh iya. Di samping rumahkan ada tangga."
Inda segera berlari ke samping rumah. Si pemuda yang berada di pintu melihatnya.
Inda senang tangga sudah tersandar ke sisi tembok, "Bagus. Aku tidak perlu repot lagi mindahin."
Si pemuda sedang menuju ke arahnya.
Inda bergegas naik tangga. Sesampai di puncak.
"Ahhh, sakit!!!" Inda tidak menyadari di atas tembok banyak pecahan kaca yang menancap hingga melukai kedua tangannya. Darah segar keluar.
Si pemuda sudah berada di bawah tangga. Dia kembali bicara, "Aku terlalu mencintaimu terlalu dalam. Matamu berhasil menghipnotisku. Kamu menjerat jiwaku."
Mendengar itu Inda tidak menghiraukan. Tapi melihat di balik tembok dia mulai ragu. Meski tidak terlalu tinggi dia tetap takut lalu melihat ke bawah, "Kamu ingin jadi pacarku kan? Kalau begitu aku terima. Kamu tidak mungkinkan nyakitin pacarmu sendiri."
Si pemuda itu menjawab, "Aku ingin menciummu hingga lemas. Aku ingin memelukmu hingga terlelap."
Inda merasa jijik, "Diam..., aku terjun nih."
Si pemuda memegang tangga. Tanpa pikir panjang, Inda meloncat di balik tembok.
"Aggh. Apa? aku belum mati." Meski sakit, Inda masih sadar.
Dia mencoba berdiri tapi kakinya terkilir. Dia kesakitan. Terlihat olehnya si pemuda sudah mencapai puncak tembok.
Inda merangkak sekuat tenaga. Menggunakan sisa-sisa tenaganya.
Sepanjang jalan dipenuhi darah dari tangan Inda. Hingga dia tidak tahan dengan rasa sakitnya kemudian pingsan.
...
Inda terbangun, dia heran.
"Anda sekarang ada di rumah sakit Nona." ucap perawat di sampingnya.
Inda senang itu cuma mimpi.
"Pemuda tampan itu, membawa nona ke sini." lanjut si perawat.
Inda kaget, "Jangan bilang, pakaiannya serba putih."
"Binggo." jawab si perawat.
"Ahh" teriak histeris Inda.
(Bersambung)
Posting Komentar
Posting Komentar