Kecelakaan Tidak Wajar (Prolog)
Di hari Rabu ini Enja mengenakan baju khusus seragam Sekolahnya berwarna hitam. Enja yang lagi pulang Sekolah ingin cepat-cepat untuk menjemput adiknya, Enli. Di tengah perjalanan dia dicegat oleh Polisi, "Maaf kami lagi melakukan olah TKP kecelakaan. Jadi adik tunggu sebentar!"
Enja melihat di balik Polisi tersebut, ada Bus yang terbalik dan penumpangnya beberapa terlempar keluar dari Bus. Beberapa koper penumpang juga berhamburan.
Enja melihat sosok perempuan berambut panjang berpakaian putih dengan wajah remuk.
"Kenapa kalian tidak segera menolong korban?"
Polisi heran, "Apa yang ditolong semuanya tewas!"
Enja terlihat kaget dan segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Seorang Polwan muda datang menghampiri, "Kenapa cowok SMA ini terlihat takut?"
Polisi panik, "Aku tidak memarahinya!"
Enja bicara pelan, "Aku tidak yakin ini cuma kecelakaan!"
Si Polwan tersenyum, "Kenapa kamu berpikiran seperti itu?"
Enja melihat ke arah Polwan yang mempunyai tinggi sama dengannya, "Jika kecelakaan secara wajar, arwah korban tidak akan bergentayangan."
Si Polwan yang berpakaian biasa, takut lalu langsung memegang tangan Enja, "Maksudmu di sini ada hantu?"
Enja tersenyum, "Kamu Polwan, kenapa takut Hantu?"
Dia menjelaskan dengan kesal, "Hantu tidak mempan dengan peluru, jadi wajar aku takut."
Si Polwan seakan punya niat tersembunyi, "Jika kamu mau bantu, aku akan berikan sebagian penghasilanku ke kamu."
Enja terpikiran dengan tindakan kasar yang dia lakukan terhadap adiknya kemaren. Ingin membelikan sesuatu, agar adiknya memaafkan. Lalu dia menyetujuinya.
Hari-hari berlalu, Enja terlihat murung di sebuah taman. Si Polwan datang, "Kamu sudah membelikan adikmu HP baru, kenapa sedih?"
Enja dengan wajah sedih dan menyesal, "Adikku mengalami gangguan, aku ingin fokus melindunginya."
Si Polwan terlihat kesal, "Ada ibumu yang merawat dia. Kamu tidak bisa berhenti begitu saja. Kamu pikir aku tidak tahu, jika kamu yang memungut pistol penjahat itu saat di dasar jurang waktu itu dan menembak pacar adikmu, Fajer. Kamu masih di bawah umur dilarang menggunakan senjata."
Enja kaget, "Kamu mengancamku? Aku melindungi adikku dari Fajer yang berniat jahat. Aku sudah bantu kamu, memberitahu arwah itu terus berdiri di atas kopernya!. Inikah balasanmu."
Polwan itu tersenyum sinis, "Jadi menurutmu, mereka tewas jika bukan kecelakaan, karena apa?"
(Bersambung)
Enja melihat di balik Polisi tersebut, ada Bus yang terbalik dan penumpangnya beberapa terlempar keluar dari Bus. Beberapa koper penumpang juga berhamburan.
Enja melihat sosok perempuan berambut panjang berpakaian putih dengan wajah remuk.
"Kenapa kalian tidak segera menolong korban?"
Polisi heran, "Apa yang ditolong semuanya tewas!"
Enja terlihat kaget dan segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Seorang Polwan muda datang menghampiri, "Kenapa cowok SMA ini terlihat takut?"
Polisi panik, "Aku tidak memarahinya!"
Enja bicara pelan, "Aku tidak yakin ini cuma kecelakaan!"
Si Polwan tersenyum, "Kenapa kamu berpikiran seperti itu?"
Enja melihat ke arah Polwan yang mempunyai tinggi sama dengannya, "Jika kecelakaan secara wajar, arwah korban tidak akan bergentayangan."
Si Polwan yang berpakaian biasa, takut lalu langsung memegang tangan Enja, "Maksudmu di sini ada hantu?"
Enja tersenyum, "Kamu Polwan, kenapa takut Hantu?"
Dia menjelaskan dengan kesal, "Hantu tidak mempan dengan peluru, jadi wajar aku takut."
Si Polwan seakan punya niat tersembunyi, "Jika kamu mau bantu, aku akan berikan sebagian penghasilanku ke kamu."
Enja terpikiran dengan tindakan kasar yang dia lakukan terhadap adiknya kemaren. Ingin membelikan sesuatu, agar adiknya memaafkan. Lalu dia menyetujuinya.
Hari-hari berlalu, Enja terlihat murung di sebuah taman. Si Polwan datang, "Kamu sudah membelikan adikmu HP baru, kenapa sedih?"
Enja dengan wajah sedih dan menyesal, "Adikku mengalami gangguan, aku ingin fokus melindunginya."
Si Polwan terlihat kesal, "Ada ibumu yang merawat dia. Kamu tidak bisa berhenti begitu saja. Kamu pikir aku tidak tahu, jika kamu yang memungut pistol penjahat itu saat di dasar jurang waktu itu dan menembak pacar adikmu, Fajer. Kamu masih di bawah umur dilarang menggunakan senjata."
Enja kaget, "Kamu mengancamku? Aku melindungi adikku dari Fajer yang berniat jahat. Aku sudah bantu kamu, memberitahu arwah itu terus berdiri di atas kopernya!. Inikah balasanmu."
Polwan itu tersenyum sinis, "Jadi menurutmu, mereka tewas jika bukan kecelakaan, karena apa?"
(Bersambung)
Posting Komentar
Posting Komentar