Sosok Misterius Pemberi Kehidupan (Part 34)
Inda langsung berlutut lalu membalikan tubuh Aga hingga telentang. Dengan susah payah dia membangunkan setengah tubuh Aga dan membuatnya duduk. Karena Aga tidak sadar, Inda langsung memeluk Aga dengan erat, "Aga... aku tidak bisa hidup tanpamu."
Saat memeluk Aga, Inda dapat merasakan denyut jantung Aga. Segera Inda memeriksa kantong di celana Aga. Seperti yang dia duga, ada Hpnya yang disimpan Aga.
Inda yang tahu perasaan Aga dengan Aliya, langsung memeriksa nomor kontak di Hpnya, "Sesuai dugaanku. Aga menyimpan nomor Hp Aliya di Hpku. Dasar keterlaluan!" Ucap Inda sambil menghubungi Aliya.
Ketika terhubung, dengan emosi Inda berteriak, "Ku mohon! Datanglah kemari! Tolong Aga!
Tidak beberapa lama, Aliya datang dan segera menolong Aga. Bersama-sama mereka memindahkan tubuh Aga ke kasur. Di sana Aliya membuka tas kedokterannya dan memberikan pengobatan kepada Aga.
Setelah pengobatan selesai dan Aga dalam keadaan terpasang inpus, Aliya menenangkan Inda yang cemas, "Tidak perlu khawatir. Aga cuma kekurangan nutrisi tubuh."
Inda mulai bisa tersenyum, "Sebelum pingsan. Aga bilang lapar. Mungkin itu penyebabnya. Aku akan membuatkan makanan buatnya."
Kemudian Inda pergi ke dapur untuk memasak. Meninggalkan Aliya bersama Aga.
Beberapa lama kemudian, Inda datang kembali dengan membawa mangkuk berisi bubur ayam buatannya. Ketika Inda melangkah masuk, dia dikejutkan oleh Aga yang tiba-tiba bicara saat pingsan, "Aliya!"
Ucapan itu terdengar Inda dan membuatnya langsung sakit hati hingga mangkuk yang dia bawa terlepas, "Prankkk..."
Aliya langsung menghampiri Inda yang memungut pecahan mangkuk sambil menangis.
Aliya segera membantu, "Kamu tidak apa-apa?"
Inda hanya diam dan mengangguk. Tapi kemudian dia bicara, "Sepertinya hubunganmu dengan Aga melebihiku. Kamu pasti tahu banyak tentang Aga!"
Aliya tersenyum, "Syukurlah kamu gak apa-apa. Tentu hubunganku sangat jauh dengan Aga!"
Inda semakin emosi tapi dia juga mengkhawatirkan Aga, "Dia pernah bilang, tubuhnya bukan miliknya. Itu membuatku cemas."
Senyuman Aliya kemudian menghilang, "Mengenai itu. Aga mendapatkan donor ginjal ketika dia mau mati. Mungkin itu yang membuatnya tidak menganggap tubuhnya sendiri."
Inda semakin cemas melihat Aliya yang tidak ceria, "Kamu menyembunyikan sesuatu!"
Dengan keringat bercucuran, Aliya memberanikan bicara, " Pendonornya seorang misterius yang dia temukan ketika berada di depan kubur kosong yang terbuka. Aku melihatnya saat itu. Sebenarnya aku takut menceritakan ini..."
Tiba-tiba suasana kamar menjadi gelap.
(Bersambung)
Saat memeluk Aga, Inda dapat merasakan denyut jantung Aga. Segera Inda memeriksa kantong di celana Aga. Seperti yang dia duga, ada Hpnya yang disimpan Aga.
Inda yang tahu perasaan Aga dengan Aliya, langsung memeriksa nomor kontak di Hpnya, "Sesuai dugaanku. Aga menyimpan nomor Hp Aliya di Hpku. Dasar keterlaluan!" Ucap Inda sambil menghubungi Aliya.
Ketika terhubung, dengan emosi Inda berteriak, "Ku mohon! Datanglah kemari! Tolong Aga!
Tidak beberapa lama, Aliya datang dan segera menolong Aga. Bersama-sama mereka memindahkan tubuh Aga ke kasur. Di sana Aliya membuka tas kedokterannya dan memberikan pengobatan kepada Aga.
Setelah pengobatan selesai dan Aga dalam keadaan terpasang inpus, Aliya menenangkan Inda yang cemas, "Tidak perlu khawatir. Aga cuma kekurangan nutrisi tubuh."
Inda mulai bisa tersenyum, "Sebelum pingsan. Aga bilang lapar. Mungkin itu penyebabnya. Aku akan membuatkan makanan buatnya."
Kemudian Inda pergi ke dapur untuk memasak. Meninggalkan Aliya bersama Aga.
Beberapa lama kemudian, Inda datang kembali dengan membawa mangkuk berisi bubur ayam buatannya. Ketika Inda melangkah masuk, dia dikejutkan oleh Aga yang tiba-tiba bicara saat pingsan, "Aliya!"
Ucapan itu terdengar Inda dan membuatnya langsung sakit hati hingga mangkuk yang dia bawa terlepas, "Prankkk..."
Aliya langsung menghampiri Inda yang memungut pecahan mangkuk sambil menangis.
Aliya segera membantu, "Kamu tidak apa-apa?"
Inda hanya diam dan mengangguk. Tapi kemudian dia bicara, "Sepertinya hubunganmu dengan Aga melebihiku. Kamu pasti tahu banyak tentang Aga!"
Aliya tersenyum, "Syukurlah kamu gak apa-apa. Tentu hubunganku sangat jauh dengan Aga!"
Inda semakin emosi tapi dia juga mengkhawatirkan Aga, "Dia pernah bilang, tubuhnya bukan miliknya. Itu membuatku cemas."
Senyuman Aliya kemudian menghilang, "Mengenai itu. Aga mendapatkan donor ginjal ketika dia mau mati. Mungkin itu yang membuatnya tidak menganggap tubuhnya sendiri."
Inda semakin cemas melihat Aliya yang tidak ceria, "Kamu menyembunyikan sesuatu!"
Dengan keringat bercucuran, Aliya memberanikan bicara, " Pendonornya seorang misterius yang dia temukan ketika berada di depan kubur kosong yang terbuka. Aku melihatnya saat itu. Sebenarnya aku takut menceritakan ini..."
Tiba-tiba suasana kamar menjadi gelap.
(Bersambung)
Posting Komentar
Posting Komentar