Cerpen Indonesia

Kumpulan Cerita Pendek dan Bersambung Yang Menarik Berbahasa Indonesia

Iklan Atas Artikel

Tempat Misterius (Part 14)

Author
Published Selasa, Juli 17, 2018
Tempat Misterius (Part 14)
Padahal berita hilangnya seseorang di pantai, ku saksikan melalui Tv, tapi suasana dingin seperti di pantai tiba-tiba dapat ku rasakan di dalam rumahku sendiri. Hal yang membuatku tambah merinding adalah layar Tv yang menampilkan rintik-rintik putih menandakan sinyal gambar telah hilang. Segeraku mematikan Tv. Aku takut bakalan ada gambar sumur lalu muncul sosok mengerikan.

Terdengar suara samar-samar menyebut namaku, "Huja..."
Aku ketakutan dan masuk ke dalam selimut sambil memohon, "Jangan ganggu aku!"
Suara terdengar kembali, "Huja, tutup jendela kamarmu!"
Mendengar itu, aku langsung keluar dari selimut dan menuju jendela kamar. Ternyata dingin angin malam yang kurasakan tadi.

Ada Enja di luar, membuatku tersenyum, "Kamu mengkhawatirkanku?"
Enja menjawab, "Tentu, aku takut terjadi apa-apa denganmu. Tutup dan kunci rapat-rapat jendelamu!"
Melihat Enja ingin pergi. Aku segera menutup dan mengunci jendela lalu pergi ke luar rumah. Saat di depan pintu keluar aku dicegat ibu, "Mau kemana malam-malam gini?"
Aku segera bilang, "Mau jalan ke pasar malam, bu!"
Tapi ibu melarang, "Anak gadis gak baik jalan sendiri malam-malam."
Tiba-tiba Enja datang, "Dia tidak sendiri tante, saya yang temenin. Saya akan antar pulang sebelum larut malam."
Ibu sedikit ragu tapi aku memohon dan akhirnya Ibu membolehkan.

Di perjalanan aku menyapa Enja, "Kenapa kamu malam gini mendatangiku?"
Sambil tersenyum dia menjawab, "Firasatku tidak enak. Tapi kenapa kamu malah tiba-tiba ingin ke pasar malam?" Tanya dia balik.
Dengan malu-malu aku bilang, "Aku hanya ingin jalan sama kamu."

Saat sampai di pasar malam, Enja terlihat memperhatikan anak kecil. Dia lalu menghampirinya, "Mana ayah dan ibu kalian?"
Ada dua anak kecil seusia anak SMP, satu perempuan dan satunya lagi laki-laki. Yang laki-laki menjawab, "Gak ikut ke sini kak?"
Aku yang curiga bertanya, "Kalian bukan kakak adik ya?"
Yang perempuan menjawab, "Kami lagi pacaran kak!"
Hal itu membuat kami terkejut, Enja langsung menasehatinya, "Kalian cocoknya berteman saja dulu. Jangan pacaran!"
Anak perempuan membentak Enja, "Kami berencana akan nikah jadi wajar pacaran. Bukannya kakak juga lagi pacaran."

Enja melihat ke arahku, "Tunggu di sini. Aku akan pergi sebentar!"
Aku mengangguk, lalu dia pergi.

Tiba-tiba seluruh lampu di pasar malam mati dan membuat pengunjung panik. Termasuk kedua anak kecil itu yang menangis dan ketakutan, aku memeluk mereka dan menenangkannya, "Tidak apa dik, nanti akan nyala lagi."
Seketika seluruh lampu di pasar malam menyala kembali. Saat bersamaan Enja datang dan bicara, "Setiap pasangan menikah saat yakin yang laki-laki bisa melindungi serta menafkahi istrinya dan yang perempuan bisa mengurusi suaminya. Lihat kalian berdua, apa bisa melakukan itu."
Kedua anak kecil itu terdiam.

Kami lalu mengantarkan kedua anak kecil itu pulang ke rumah mereka masing-masing. Karena sudah hampir larut malam Enja menganjurkan, "Sebaiknya aku antar kamu juga untuk pulang. Sebenarnya aku ingin membelikan apa yang kamu ingin di pasar malam tadi tapi sekarang udah terlalu malam. Besok aku akan ku ajak kamu ke Mall."
Ucapan Enja menyadarkan aku kembali tentang kemisteriusan pekerjaannya, "Kamu tiba-tiba punya banyak uang. Itu membuatku penasaran dengan perusahaanmu. Jadi aku ingin melihatnya!"
Enja tampak terdiam itu membuatku semakin ragu. Lalu dia bicara, "Kantor Perusahaanku ada di tengah-tengah hutan dan jauh dari pemukiman penduduk."
Aku langsung menjawabnya, "Tidak masalah. Kantormu pasti ada karyawan dan karyawatinya. Jadi aku tidak perlu khawatir."
Terlihat Enja menyerah berdebat denganku, "Baiklah. Ini alamat Kantorku." Dia memberikan kartu namanya kepadaku.

Lalu Enja melanjutkan mengantarku pulang dan dia juga pulang ke rumah barunya.
Keesokan harinya aku tidak sabar berkunjung ke Kantor Enja yang misterius. Setelah pulang Sekolah, aku langsung menuju ke sana. Benar kata Enja Kantornya berada di tengah Hutan, dan tidak ada rumah lainnya kecuali pepohonan di sekelilingnya. Ku pikir cuma rumah angker yang memilih lokasi ini. Ternyata Kantor juga ada. Enja benar-benar aneh karena memiliki kantor seperti ini.

Di depan Kantor aku disambut oleh penjaga keamanan pria yang hanya tersenyum seperti dipaksakan, dan tanpa mengucapkan satu patah katapun dia membukakan pintu untukku.

Di dalam Kantor aku dihampiri karyawati yang menurutku terlalu cantik. Bisa-bisanya Enja memilih gadis-gadis cantik untuk jadi bawahannya.

Anehnya Karyawati itu seperti tersenyum karena terpaksa dan bilang, "Nona ingin bertemu Bos! Dia ada di lantai atas!"
Tiba-tiba terdengar suara tangisan perempuan di lantai atas. Membuatku terkejut, "Siapa yang menangis?"
Tapi Karyawati itu menjawabnya, "Maaf Nona, saya tidak dengar apa-apa."
 Meski begitu tapi tampak jelas terlihat karyawati itu juga mendengarnya karena dia tampak gemetar ketakutan. Beberapa karyawan dan karyawati Enja di sana juga hanya diam tapi terlihat gelisah seperti mencoba menyembunyikan sesuatu dan pura-pura tidak mendengar tangisan mengerikan itu.

Hal itu membuatku kesal dan segera pergi menuju lantai atas.

(Bersambung)

Posting Komentar