Cerpen Indonesia

Kumpulan Cerita Pendek dan Bersambung Yang Menarik Berbahasa Indonesia

Iklan Atas Artikel

Terkena Panah Asmara (Part 4)

Author
Published Rabu, Juli 04, 2018
Terkena Panah Asmara (Part 4)
Panah yang dia berikan bukanlah panah asmara mungkin panah amarah dan aku hanya salah dengar.
"Zrettt..." Sebuah panah menembus jidatku.
"Akh..." Sangat sakit. Kepalaku bahkan sangat pusing karena tidak sanggup menahan rasa sakitnya. Tubuhku lemas dan ambruk seketika. Aku masih bisa melihat pria itu mendekatiku.

"Berusahalah sadar, pria itu mungkin akan berbuat jahat padamu." Ucap Anja.
"Percuma, walaupun aku sadar. Aku tidak akan sanggup melawannya karena dia pria dan aku hanya gadis lemah." Ucapku putus asa.

Entah kenapa aku masih sadar. "Kenapa aku gak mati aja sekalian." Marahku.
"Panah itu tidak mengenai organ vital di kepalamu. Mereka yang tidak mengetahui hal ini akan mengira kamu mati." Ucap Anja membuatku kesal.
"Percuma kamu cuma bisa berkata-kata, tidak bisa menolongku." Balasku.
"Setidaknya cobalah kamu bangkit. Dia akan mengira kamu berubah jadi Zombi dan takut." Ucap Anja lagi.

Dengan sisa-sisa tenagaku. Aku berusaha bangkit kembali dengan panah yang masih tertancap di kepalaku. Pria itu langsung berlari pergi menjauhiku.

Aku tersenyum. Lalu melepaskan panah yang tertancap karena menganggu. Darah mengalir membuatku panik. "Jangan panik. Ambil kain yang tersangkut di sepatumu. Gunakan untuk mengikat kepalamu." Ucap Anja. Aku bahkan tidak tahu ada kain di sana.

Setelah mengikat kepalaku. Aku tertunduk lemas. Aku berusaha merangkak berpindah dari tempat jauh ke tempat yang lebih tertutup.

Aku masuk ke sebuah toko pakaian yang letaknya tidak jauh dari tempatku berada. Di sana aku meraih handuk dan menjatuhkannya ke lantai. Aku berbaring melepas lelah. Tapi rasa sakit ini masih terasa.

Aku tidak melihat Anja. Lalu aku memanggilnya. Entah apa yang ku pikirkan memanggil sesuatu yang tidak nyata.
"Anja..." Panggilku.

Anja kemudian muncul tiba-tiba.
"Tidak ada satupun orang di sekitar sini. Kamu aman." Balas Anja.
Sepertinya tadi dia memeriksa sekeliling. Entah dia siapa. Aku iri dan ingin menjadi seperti dia.
"Anja, lakukan sesuatu padaku. Aku tidak sanggup menahan rasa sakit ini." Ucapku.
Tiba-tiba pandanganku kabur dan semuanya gelap.

(Bersambung)

Posting Komentar