Insiden Di Dalam Toilet Sekolah (Eps 17)

Insiden Di Dalam Toilet Sekolah (Eps 17)

Sosok menyeramkan itu memperlihatkan wajahnya di hadapanku. Dia tersenyum, "Kamu benar Enli kan?"
Dengan ekrpresi takut, aku memberanikan menjawab, "Iya, aku Enli. Kamu tahu dari mana!"
Dia lalu tertawa, "Hi hi hi!!!"
Semua murid histeris, "Aaaa..."
Dia lalu berhenti tertawa, "Fajer pernah bilang, jika ada siswi yang disuruh-suruh itu Enli..."
Ekspresiku langsung berubah kesal, "Kamu pasti teman sekelasnya Fajer! Ada apa dia nyuruh kamu ke sini."
Sambil mengikat rambutnya yang terurai, "Dia minta aku buat temanin kamu!" Membuatku kaget.
Para murid ricuh, "Woy ketua! Kalau punya teman seram gitu jangan di bawa ke sini."
Aku lalu menariknya ke luar kelas.

Dengan sedikit heran aku bertanya, "Emang aku anak kecil ditemenin segala. Aku gak ke mana-mana kok cuma di sini."
Tiba-tiba seorang siswa datang, "Yang namanya Enli, dipanggil Wali Kelasnya!" Ucapnya kemudian pergi begitu saja.
Aku lalu segera ke tempat Wali Kelas. Teman Fajer mengikutiku. Aku melihat dengan tatapan tajam, dia lalu bicara, "Aku mau temenin kamu!"
Dengan kesalnya aku bilang, "Tidak perlu."
Dia langsung berhenti mengikutiku.

Di dalam ruangan Wali Kelas. Aku duduk menghadap.
Dengan nada keras pak Wali Kelas bicara, "Kamu telat datang ke sekolah?"
Aku kaget, "Iya pak. Saya minta maaf."
Dia lama menatapku lalu bicara, "Kamu harus di hukum bersihin Toilet."
Aku terkejut, "Bukannya saya ketua Kelas tidak perlu di hukum. Bapak yang bilang dulu."
Protesku tidak dianggap, "Ketua DPR kita saja dikejar-kejar hukum. Masa kamu yang cuma ketua Kelas tidak."
Aku bingung harus bagaimana lagi, jadi aku iyakan saja, "Baik pak. Nanti saya kerjakan hukumannya setelah pulang sekolah."
Pak Wali Kelas membentakku, "Sekarang!!!"
Aku bergegas ke Toilet.

Di dalam Toilet aku mulai dari lantai di depan ruangan-ruangan WC. Sambil membersihkan lantai Toilet dengan pel aku mengerutu, "Apaan sih bapak itu. Pinter banget ngelesnya kalau mau hukum aku. Setiap ada masalah pasti aku jadi pelampiasannya."
Tiba-tiba ada yang membuka pintu Toilet di belakangku, "Gak baca apa peringatan dilarang masuk lagi dibersihin." Aku terus mengomel sendiri.
Aku lalu menoleh ke belakang melihat pintu Toilet sambil bilang, "Pakai Toilet yang sebelah dulu."
Aku kaget saat tahu yang masuk, "Ngapain pak masuk ke sini. Inikan Toilet Wanita." Ucapku ketika melihat pak Wali Kelas.
Bukannya keluar dia malah mendekatiku. Dia semakin mendekat. Aku terpaksa mundur. Langkah kakiku terhenti saat menyentuh tembok di belakang. Pel di tanganku terlepas.

Aku berlari mencoba keluar dari Toilet tapi pak Wali Kelas berhasil mencegat dan memegangi tangan kananku.
Aku kesakitan, "Aduh pak... Lepaskan." Dia malah menggenggam pergelangan tanganku semakin keras.
Bahkan dia mengancamku, "Jika kamu teriak atau melawan, aku akan membunuhmu!"
Aku langsung terdiam. Badanku gemetar.

Tiba-tiba suara HPku berbunyi, aku dengan cepat mengambilnya dengan tangan kiriku. Terlihat di layar HP, telpon dari Fajer. Belum sempat aku mengangkatnya HPku direbut dan di hancurkan.
Aku benar-benar ketakutan, "Jangan pak!!!"

Tiba-tiba ada yang masuk. Pak Wali Kelas langsung melepaskan tanganku. Siswi teman Fajer yang tadi kembali datang, "Bapak ngapain?"
Bapak mesum itu jawab, "Bapak cuma memastikan, apa Enli menjalankan hukumannya atau tidak."
Dia kembali bicara, "Kamu sendiri ngapain masuk. Bukannya di depan ada peringatan di larang masuk." Lalu menatapku tajam.
Dia berbisik sambil mengancamku, "Jika kamu bilang-bilang. Aku akan benar-benar membunuhmu."
Teman Fajer yang dekat dengan pintu keluar kemudian bicara, "Saya ada perlu sama Enli pak."
Bapak Wali Kelas itu lalu pergi meninggalkanku. Dia mendekati teman Fajer. Saat teman Fajer mengangkat telpon, dia melewatinya lalu meneruskan ke luar Toilet.

Teman Fajer memasukan HPnya lalu menghampiriku.
Aku bernapas lega, "Terima kasih. Nama kamu siapa?" Ucapku sambil melihat layar HPku di lantai yang masih menyala kemudian mati.
Teman Fajer memungut HPku yang hancur sambil memperkenalkan diri, "Aku Malaika!" Lalu menyerahkan HP itu ke aku.
Terlihat HPku mati total, tombolnya tidak berfungsi meski seluruh tombol aku tekan.
Malaika kembali bicara, "Wanita lemah jika sendiri tapi akan kuat jika bersama-sama. Itu yang dibilang Fajer dan minta aku sampaikan ke kamu!"
Aku mencoba melihat ke luar Toilet, "Apa dia di luar?"
Malaika dengan wajah murung bilang, "Fajer sudah tidak ada."
Aku tercengang, "Terus yang menghubungiku tadi siapa?"

(Bersambung)

Download Wallpaper