Mayat Keluar Sendiri Dari Kuburannya (Part 15)

Mayat Keluar Sendiri Dari Kuburannya (Part 15)

Sosok misterius itu menyentuhku, "Ini aku Buna!"
Aku lalu menengok ke depan dan benar itu Buna. Tapi aku heran dengan keadaan dia sekarang, "Kenapa pakaianmu basah kuyup gitu?"
Dia terlihat kesal, "Karena kebetulan kita dekat, jadi ayahku yang bekerja di PDAM menyuruhku untuk memperbaiki pipa copot di sekitar kuburan ini."
Dengan cemas aku bertanya, "Kamu berhasil memperbaikinya kan?"
Sambil memeras baju seragamnya yang basah, "Tidak. Pipa itu bukan copot tapi bocor. Aku coba menutupinya pakai batu malah pecah."
Aku kaget, "Jangan-jangan gara-gara itu, salah satu kuburan mayatnya mengambang keluar. Kamu harus bertanggung jawab!" sambil menunjuk ke arah kuburan yang ku maksud.
Bukannya menuju kuburan itu, dia malah berjalan berlawanan arah. Aku segera mengikutinya.

Pantas saja aku tidak menemukan mobil Buna, dia melewati sela-sela pohon kemudian baru terlihat mobilnya. Aku terlalu panik sehingga melupakan jalanku masuk ke kuburan.

Sampai di luar area kuburan dia lalu memandangiku yang mengikutinya, "Tidak ada yang lihat."
Aku dengan gugup, "Terus kamu mau apa?"
Dia menarikku ke dalam mobil, aku berteriak, "JANGAN BUNA!"
Tatapannya membuatku takut, dengan mata tajamnya, "Kita harus pergi sebelum orang lain melihat mayat yang keluar dari kuburnya. Nanti kita yang di tuduh mengeluarkannya. Lalu diminta masukin kembali mayatnya."
Aku sempat berpikiran yang tidak-tidak, "Oh."
Kemudian aku baru sadar, "Tapikan itu ulahmu!"
Dia sambil mencoba menghidupkan mobilnya, "Aku jijik nyentuh mayat."
Aku mulai khawatir, "Jangan bilang mobilmu gak bisa dinyalain."
Tiba-tiba mobilnya hidup, sambil tersenyum dia melihatku, "Emang film horor. Tiba-tiba mobil mati."

Baru beberapa saat kami pergi menjauh dari area kuburan itu. Hujan rintik-rintik mulai turun. Tidak beberapa lama kami ke luar dari jalan pintas itu. Sampai dipertigaan Buna lalu melajukan mobilnya mengambil jalan berlawan dari arah sekolah.
Aku langsung menegurnya, "Kita mau ke mana?"
Dia tersenyum tapi dengan maksud yang tidak baik, "Bajuku sudah basah. Tahu sendirikan, sekolah kita selain mistis, peraturannya juga kejam. Jika pakaian seragam basah tidak boleh masuk. Jadi sebaiknya kita bolos aja."
Aku kesal dengan sarannya, "Yang basahkan kamu. Aku tidak."
Dia juga balik kesal, laju mobil dihentikan mendadak, "Kamu pacar seperti apa sih tidak mau berkorban sama-sama."

Buna lalu keluar. Dia lalu menyeretku keluar, "Kalau begitu, aku saja yang bolos sendiri." Ucapnya sambil masuk mobil.

Aku yang coba membuka pintu mobilnya tidak bisa, dia menguncinya dari dalam, "Buna, antar aku dulu ke sekolah." Mohonku.
Walaupun aku menggendor-gendor kaca mobilnya, dia tetap mengabaikanku dan melajukan mobilnya meninggalkanku.

Aku lalu berlari berteduh ke halte bus terdekat karena hujan mulai semakin deras. Malang betul nasibku. Aku lalu duduk di sana sendirian. Angin semakin dingin membuaku merinding. Tidak terasa air mataku menetes.

Tiba-tiba petir menggelegar hampir bersamaan dengan kilat yang sangat terang. Sontak aku memejamkan mataku dan menutup telinga dengan tangan sambil menunduk, "AAAH!" dan juga menjerit.

Saat aku membuka mata, aku kaget dengan apa yang kulihat.

(Bersambung)

Download Wallpaper