Menunggu Akhir Hingga Berakhir (Part 49)

Menunggu Akhir Hingga Berakhir (Part 49)

Berjam-jam berlalu. Arah angin akhirnya mengantarkan asap Erupsi gunung merapi ke arah Inda yang terus menunggu Aga di bawah Pohon yang terlindungi dari pandangan orang-orang yang berlarian menyelamatkan diri.

Saat bersamaan hujan turun dengan deras. Asap panas berubah dingin dan menjadi hujan lumpur yang memberikan kesempatan hidup Inda sedikit lebih lama.

Tapi akhirnya tubuh Inda yang lemah tidak sanggup lagi dan mulai ambruk.

Tiba-tiba tubuh Inda disangga hingga tidak jatuh oleh Aga yang kemudian datang, "Aku tidak percaya, kamu yang takut mati sampai berani melakukan hal konyol sejauh ini."
Dengan keadaan lemah Inda menjawab sambil tersenyum, "Tapi aku percaya kamu akan datang untukku."
Aga membalasnya, "Lihat, apa yang kamu lakukan. Tubuhmu dilumuri lumpur hingga tampak tidak terlihat Indah lagi."

Dengan memaksakan diri, Inda menahan tangan Aga yang ingin membopong tubuhnya, "Tapi tubuhku tidak selemah yang kamu pikirkan Aga!"
Ucapan Inda membuat Aga tersenyum. Aga lalu memapah Inda dengan membiarkan berjalan sendiri tapi tangan tetap berada di pundak Aga.

Inda dan Aga berjalan berdampingan menyelusuri tepi jalan raya menuju bangunan yang terletak di dekat rumah sakit tapi di dalam area pemakaman untuk berteduh dari hujan lumpur.

Aga mengajak Inda bicara agar tetap sadar, "Mau sampai kapan kamu menungguku berada di sisimu. Sedangkan aku sering mengecewakanmu!"
Dengan ambisiusnya Inda menjawab, "Sampai saat kamu menikah dengan gadis lain atau meninggalkan dunia ini!"

Tiba-tiba dalam kejadian sangat cepat. Aga menghilang dari sisi Inda hingga membuat Inda terjatuh tersungkur.

Inda berusaha bangkit dan dia terkejut ketika melihat ke depan Aga sudah tergeletak bersimba darah. Gemetar tak henti, Inda melihat ke sampingnya. Tampak sebuah mobil. Dari dalam keluar seorang ibu-ibu, "Maaf, kami ingin bergegas menemui anak kami. Tiba-tiba pembersih kaca depan mobil rusak dan hujan lumpur menutupi pandangan suami saya yang menyetir."
Tampak juga suami ibu itu menghampiri Aga yang tergeletak tak bergerak. Kemudian menghampiri Inda, "Bapak mohon maaf sebesar-besarnya. Dengan sangat menyesal, saya katakan, teman cowok kamu sudah tewas. Tapi kami akan bertanggung jawab."

Ibu itu mencoba membersihkan lumpur di wajah Inda yang tidak bisa berkata-kata apalagi, meski sadar, tapi tatapannya kosong.
Bapak dan ibu itu terkejut ketika melihat wajah Inda, ''Nak! Ini ayah dan ibumu. Sadarlah!" Ucap ibu Inda sambil mengoyang-goyangkan tubuh Inda.
Ayah Inda langsung memeluk anaknya, "Maafkan ayah, Inda!"
Tapi Inda hanya diam.

(Tamat)

Download Wallpaper