Peristiwa Di Kasur (Part 9)

Peristiwa Di Kasur (Part 9)

"Tidak berhasil menarik hatiku dengan yang ku ingin, kali ini mencoba mengugah hatiku dengan ceritanya."
"Kamu bicara apa?" Tanya Geny. Aku tidak sadar dia ada.
"Bukan apa-apa!" Jawabku gugup.
"Mengenai buku di tanganmu, apa kamu mau menjualnya?"
Aku melihat buku Love Note, "Sepertinya buku ini membutuhkanku!"
Geny terlihat heran, "Kamu kebalik mungkin. Yang ada kamu yang membutuhkan buku itu. Ya udah kalau gitu. Aku cari buku yang lain." Geny kemudian pergi.

Aku menelpon Nanda untuk mencari tahu alamat yang tertera di foto pria itu. Nanda memberitahu bahwa alamat rumah tersebut sudah menjadi lahan tambang. Meskipun pria yang kemungkinan suami Elis sudah tidak tinggal di alamat tersebut. Itu bukan masalah bagi Love Note.

Malam itu aku bersiap tidur untuk pulang besok menjenguk adikku, Enli di Rumah Sakit Jiwa. Sebelum tidur aku menuliskan sesuatu di Love Note, 'Berikan aku alamat baru suamimu yang kejam!'

Keesokan paginya aku bangun dan langsung melihat buku Love Note. Tulisan baru muncul tapi kali ini tidak menjawab pertanyaanku. Cuma tertulis, 'Sertifikat rumah dekat sungai' dan di bawahnya tertulis sebuah nama laki-laki.

Dugaanku bahwa Love Note menjawab segalanya salah. Tidak mau ambil pusing. Aku lalu pergi pulang.

Sesampainya di rumah. Setelah istirahat cukup aku pergi bersama ibu ke Rumah Sakit Jiwa. Di sana Enli di rawat di sebuah kamar khusus. Aku terkejut melihat keadaan Enli sekarang.
"Ibu, kenapa kedua kaki dan tangan Enli di ikat?" Tanyaku langsung ketika melihat Enli terikat di kasur dalam posisi menyilang.
Ibu dengan wajah murung bicara, "Enli terus menggaruk dan menendang dinding ketika HP yang pernah dihubungi Fajer saat hidup dulu, dijauhkan darinya."
Aku kesal, "Kenapa tidak dibiarkan saja Enli bersama benda kesayangannya."
Ibu malah marah, "Itu saran Dokter, jika Enli ingin disembuhkan dia harus di jauhkan dari benda-benda yang punya kenangan buruk."
Aku terdiam.
Ibu kembali bicara, kali ini dengan nada lemah, "Kamu temani Enli, ceritakan masa lalu indahmu bersamanya dulu, terus ajak dia bicara, walaupun dia tidak menanggapinya. Itu juga saran Dokter. Ibu tinggalkan kamu berdua dengannya." Ibu kemudian pergi. Dia tidak sanggup melihat keadaan Enli sekarang.

Aku mendekati Enli di kasur. Tatapannya kosong. Terlihat dia mengenakan pakaian piyama. Cuma berduaan di kamar ini membuatku ingin menyentuh bagian sensitif Enli.

"Akhhh" Aku memukul kepalaku dengan tangan berkali-kali.
"Sial sial, pikiran ini tidak bisa dihentikan. Aku bisa membahayakan keperawanan adikku kalau kayak gini terus." Gumamku.
Entah dari mana tiba-tiba pikiran ini muncul.
"Jika aku hanya melihatnya mungkin tidak apa-apa."
Aku lalu mencoba melorotin celana Enli.

Belum sempat melakukannya tiba-tiba ponselku berdering. Terganggu dengan suara itu, aku segera mengambilnya dari dalam tas dan melihat layar ponsel, nomor baru. Lalu mengangkatnya, terdengar suara pria.
"Anda tadi menghubungiku. Ada apa?"
Aku bingung. Tapi seketika terjawab ketika melihat buku Love Note di dalam tas. Aku membuka buku itu. Lalu menyebutkan nama yang tertera di sana, "Benar ini dari pak Agung?"
Dia menjawab, "Iya ini dengan saya."
Aku mengucapkan kalimat yang tertulis di Love Note, "Aku menemukan sertifikat tanah rumah dekat sungai."
Dia terdengar senang, "Aku sudah lama mencarinya. Di Sertifikat itu tertera nama dan nomorku. Walaupun begitu semenjak hilang tidak ada yang menghubungiku..."
Aku langsung potong, "Bagaimana cara anda meyakinkanku. Bahwa anda bukan komplotan 'mama minta pulsa' dan jenis penipuan lainnya."
Dia langsung menjawab, "Aku kasih tahu alamatnya. Aku tahu rumah itu. Kamu bisa cocokan dengan sertifikat tanah tersebut. Kita temuan di sana saja."

Akhirnya aku menemukan alamat Agung atau suaminya Elis pemilik Love Note.
"Sekarang aku ingin tahu bagaimana caramu menulis di buku ini dan menelpon menggunakan Ponselku." Ucapku sambil menulis di Love Note. Tapi tidak ada balasan. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh seseorang yang masuk kamar. Hingga membuatku menjatuhkan Love Note. Siapa dia?

~

"Ibu mau pulang. Kamu ingin temani Enli dulu atau pergi bersama ibu?" Tenyata ibu.
Aku menoleh ke bawah. Love Note terbuka pada halaman terakhirnya. Di sana tertulis, "Jika ingin tahu di balik semua ini. Teruskan apa yang sudah kamu mulai hingga selesai."
Aku tidak suka dipaksa. Aku masih punya Life Note yang akan memberitahuku semua tentang Love Note.
"Aku ikut ibu pulang." Ucapku sambil memungut Love Note. Aku tidak sabar lagi menemui Life Note di rumah.
Jika aku tahu cara kerja Buku Love Note mungkin aku bisa buat buku yang sama untuk melindungi Enli jika aku tidak ada, dari laki-laki mata keranjang.

Sesampainya di rumah. Di dalam kamar aku mencari Life Note tapi tidak ada. Aku lalu bertanya sama ibu,
"Ibu ada melihat bukuku berwarna putih dan bertuliskan Life Note?"
Ibu terlihat bingung, "Tadi ada temanmu dari Kepolisian yang ingin mengambil bukunya yang kamu pinjam. Mungkin buku itu yang kamu cari?"
Aku tercengang, siapa yang mengambilnya! Nanda atau Seta?

(Bersambung)

Download Wallpaper