Alasan Tidak Mau Didekati (Part 23)

Alasan Tidak Mau Didekati (Part 23)

Aku kaget saat tahu yang menyapa ku adalah Yupi, dia kemudian membantuku berdiri. Mungkin karena melihatku kebingungan. Yupi bicara kembali untuk menjelaskannya, “Ini adalah Sekolah populer di Kota ini, jadi mereka semua sombong dan akan mengabaikan pelajar lain apalagi jika dari Sekolah paling tidak populer, maaf, seperti Sekolahmu. Jadi mereka seakan-akan menganggap kamu tidak ada dan pura-pura tidak melihat kamu saat melihat baju seragammu yang merupakan baju seragam Sekolah tidak populer .”

Tidak masalah aku direndahkan tapi setidaknya aku dapat berlepas lega karena tahu mereka tidak melihatku bukan karena aku hantu. Ada yang janggal dan aku mengutarakannya ke Yupi,” Tapi aku masih tidak percaya jika Enja sama seperti mereka.”

Yupi menjawab dengan wajah murung, “Enja beda, dia bukan sombong tapi menghindari semua orang karena suatu alasan.”


Aku penasaran dengan alasan Enja, "Kenapa dia tidak mau didekati?"  Tapi Yupi malah pergi tidak menjawab pertanyaanku.

Aku mengikutinya dengan harapan mendapatkan penjelasan dari Yupi.

Saat di sisi Sekolah, dekat tembok luar Sekolah ketika suasana sepi, Yupi duduk di bangku panjang yang tersedia di bawah Pohon besar. Aku juga duduk di sana. Kemudian Yupi mulai bicara,”Enja selalu dibully, dia benar-benar lemah karena mudah di dorong hingga jatuh. Bahkan tidak melawan saat dipukuli. Karena kelemahannya itu, tidak ada yang mau berteman dengannya. Sehingga dia cuma sendiri. Tapi dibalik itu semua, hampir seluruh Sisiwi di Sekolah ini tahu siapa dia sebenarnya.” Yupi berhenti bicara dan melihat ke sekeliling.

Itu semakin membuatku penasaran.

Aku mendesak Yupi untuk segera melanjutkan dan memberitahu tentang Enja, “Cepatlah katakan…”

Yupi kembali bicara, “Sebenarnya para siswi kesal melihat Enja disakiti…”

Aku memotong bicara Yupi karena merasa kesal, “Apa hubungannya mereka jadi peduli dengan Enja.”

Yupi membalasku,”Aku tahu kamu menyukai Enja, kami juga. Tapi kamu harus sadar. Jika kamu menyukainya, maka dia akan menghilang. Kamu dan kami pasti tidak ingin kehilangan dirinya kan?”

Ucapan Yupi membuatku tercengang, masa Enja disukai banya gadis. Aku semakin bingung, “Bicaralah yang jelas!”

Yupi kembali membuatku benar-benar bingung, “Mereka yang memukul Enja, bukanlah tandingan Enja. Jika Enja mau, dia pasti bisa mengalahkan mereka semua sekaligus dengan mudah. Tapi Enja tidak mau melakukan itu. Dia tidak ingin bertindak untuk menolong dirinya sendiri tapi untuk menolong orang lain, dia paling berambisus.”

Aku sedikit dapat menangkap yang dijelaskan Yupi bahwa Enja mempunyai kemampuan yang hebat dan tidak dia gunakan untuk kepentingan dirinya sendiri justru untuk orang lain. Tapi ada yang masih membuatku bingung, “Dari mana kamu tahu tentang kehebatan Enja?”

Yupi tersenyum sambil melihat ke langit,”Hampir semua siswi di Sekolah ini pernah ditolong oleh Enja, saat ditolong Enja itu, kemampuan Enja dapat dilihat oleh Para Siswi.”

Aku mengerti tentang kehebatan Enja yang disaksikan langsung oleh mereka. Tapi aku masih belum bisa membayangkan seperti apa kemampuan Enja itu dan juga ada hal janggal yang belum terjawab, “Kenapa Enja menghindari orang lain termasuk aku?”

Yupi menggenggam tangannya bertanda dia sedang merasa kesal, “Enja tidak ingin orang didekatnya tersakiti oleh musuh-musuhnya. “

Itu masih belum menjawab semua rasa penasaranku, “Tadi kamu bilang, jika kita mendekatinya maka dia akan menghilang. Kenapa?”

Yupi melihat ke arahku dengan tatapan tajam, “Sudah ku bilangkan. Enja tidak ingin orang yang berada didekatnya disakiti oleh musuh-musuhnya. Jika kamu nekat mendekatinya maka dia yang akan memilih untuk menjauh dengan cara pergi atau menghilang dari hadapanmu dan juga semuanya.”

Aku hanya terdiam kemudian mencoba bertanya lagi, “Kenapa dia punya banyak musuh?”

Yupi justru hanya diam. Dia seperti sedang melamun dengan tatapan kosong. Apalagi saat ini kami berada di tempat sepi dan di bawah Pohon besar seram. Tiba-tiba Yupi tersenyum sendiri tanpa sebab dan aku dibuat kaget oleh tawanya, “Ha ha ha!”

Aku menegurnya dengan cemas, “Kamu kenapa Yupi?”

Kemudian dia kembali membuatku takut dengan tangisannya, “Hii hi hiks…”

Aku bingung harus menegurnya atau pergi meninggalkannya sendiri di sini!

(Bersambung)

Download Wallpaper