Curahan Hati Kelam (Part 20)
Di luar pagar rumah Inda, dia yang tadi dibuat ketakutan menjadi sangat kesal, ''Emang aku pakai seragam dan baru selesai ujian, jadi Aga nulis alamat rumahnya di bajuku. Grrr"
Suara lolongan anjing yang tiba-tiba, seketika membuat inda yang kesal menjadi takut kembali, ''Au... Au..."
Segera Inda masuk ke dalam rumahnya.
Keesokan harinya, Inda merasakan gugup setengah mati ketika berencana pergi ke rumah Aga, "Aduh, masa cewek kunjungi rumah cowok sih..."
Dia malu, cemas dan grogi. Hingga jatungnya berdetak tidak beraturan. Tiba-tiba dia berpikiran tentang masa depannya dengan Aga. Buatnya semangat. Tanpa basa-basi, dia masak makanan buat di bawa ke rumah Aga.
Di antara rumah beton, hanya ada satu rumah yang terbuat dari kayu. Di sana Inda berdiri. Masih dalam keadaan gugup, Inda mengetuk pintu, ,'Tok... Tok... , "Aga..."
Pintu terbuka. Napas panjang ditarik Inda.
"Hai..." Sapa Aga.
Inda menghembuskan nafasnya, lega, "Hai juga."
Aga melihat kotak makanan yang dibawa Inda, "Kamu membawakanku makanan?"
Inda mengangguk dan tersenyum, tanda dia mengiyakan.
Tanpa ada angin dan hujan, tiba-tiba Aga curhat, "Itu membuatku teringat orang tuaku dulu, yang sering memberikan aku dan adikku bekal saat sekolah. Tapi sekarang, mereka telah tiada. Kedua orang tuaku tewas karena perampok. Sampai saat ini, aku dendam kepada semua penjahat karena perampok jahat itu tidak pernah bisa ditemukan kepolisian."
Inda langsung menghilangkan senyumannya, "Itu masa lalu. Sekarang kamu punya masa depan yang harus diperjuangkan."
Tidak ada senyuman di wajah Aga.
Itu sudah membuat Inda cemas ditambah tiba-tiba dari arah belakang Aga, keluar dari kegelapan sosok pria dan wanita. Membuat Inda terperangah. Seluruh tubuhnya gemetar dan terdiam terpaku, bahkan tak bisa berucap sepatah katapun, "Hahan..."
(Bersambung)
Suara lolongan anjing yang tiba-tiba, seketika membuat inda yang kesal menjadi takut kembali, ''Au... Au..."
Segera Inda masuk ke dalam rumahnya.
Keesokan harinya, Inda merasakan gugup setengah mati ketika berencana pergi ke rumah Aga, "Aduh, masa cewek kunjungi rumah cowok sih..."
Dia malu, cemas dan grogi. Hingga jatungnya berdetak tidak beraturan. Tiba-tiba dia berpikiran tentang masa depannya dengan Aga. Buatnya semangat. Tanpa basa-basi, dia masak makanan buat di bawa ke rumah Aga.
Di antara rumah beton, hanya ada satu rumah yang terbuat dari kayu. Di sana Inda berdiri. Masih dalam keadaan gugup, Inda mengetuk pintu, ,'Tok... Tok... , "Aga..."
Pintu terbuka. Napas panjang ditarik Inda.
"Hai..." Sapa Aga.
Inda menghembuskan nafasnya, lega, "Hai juga."
Aga melihat kotak makanan yang dibawa Inda, "Kamu membawakanku makanan?"
Inda mengangguk dan tersenyum, tanda dia mengiyakan.
Tanpa ada angin dan hujan, tiba-tiba Aga curhat, "Itu membuatku teringat orang tuaku dulu, yang sering memberikan aku dan adikku bekal saat sekolah. Tapi sekarang, mereka telah tiada. Kedua orang tuaku tewas karena perampok. Sampai saat ini, aku dendam kepada semua penjahat karena perampok jahat itu tidak pernah bisa ditemukan kepolisian."
Inda langsung menghilangkan senyumannya, "Itu masa lalu. Sekarang kamu punya masa depan yang harus diperjuangkan."
Tidak ada senyuman di wajah Aga.
Itu sudah membuat Inda cemas ditambah tiba-tiba dari arah belakang Aga, keluar dari kegelapan sosok pria dan wanita. Membuat Inda terperangah. Seluruh tubuhnya gemetar dan terdiam terpaku, bahkan tak bisa berucap sepatah katapun, "Hahan..."
(Bersambung)
Posting Komentar
Posting Komentar