Dibayangi Sosok Aneh (Part 7)
Di luar restoran hujan turun dengan deras. Inda, gadis yang dulu diteror, kemudian ditolong, lalu jatuh cinta dengan pemuda misterius yang melakukan itu semua, hanya berdiri terpaku melihat yang dia sukai sedang menjauh darinya untuk mengejar gadis lain.
Sahabat Inda yaitu Rin mulai khawatir, "Tatapan dan perilakumu tadi, menandakan kamu benar-benar seperti pemuja cowok itu. Ku harap kamu jangan berambisius mendapatkannya yang tidak menyukaimu lagi."
Inda mengusap kedua matanya dengan tangan, seakan dia baru saja meneteskan air mata tapi tersamarkan dengan tetesan hujan, "Kamu ada-ada saja. Mana mungkin aku ngejar-ngejar cowok."
Inda duduk berjongkok dan menutup matanya setelah pemuda yang terus dia lihat, tidak terlihat lagi.
Rin menarik tubuh Inda, "Ayo kita berteduh. Kita jadi tontonan orang-orang di dalam restoran."
Inda hanya menangis, "Dasar cowok kejam."
"Siapa yang kamu sebut kejam?" Bukan Rin yang berucap, tapi suara pemuda.
Inda langsung menoleh ke atas.
Terlihat pemuda yang tadi menjauh kembali datang sambil membentangkan jaketnya hingga langit tampak gelap, untuk melindungi Inda dari tetesan hujan yang membasahi tubuhnya, "Kamu yang kejam, membiarkan tubuhmu sendiri kedinginan di bawah hujan ini. Apa kamu ingin sakit? Aku tidak ingin tubuhmu kurus karena sakit, tubuh indahmu tidak akan menarik lagi."
Inda tersenyum meski dia dimarahi, lalu berdiri, "Aku akan berteduh." Ucapnya sambil berlari masuk ke restoran dan diikuti Rin.
Inda melihat wajah Rin aneh, "Kamu cemburu sama aku? Aku sudah menduga kamu juga menyukai dia dan menyuruhku jangan mengharapkannya."
Rin menjawab, "Ka...kamu bi...cara dengan siapa tadi?" Ucapnya dengan gemetar, entah kedinginan atau ketakutan.
Inda menoleh ke arah berlawanan yang dia yakini tempat pemuda tadi juga mengikutinya berteduh. Seketika dia tercengang, "Di mana dia?"
Tiba-tiba ruangan restoran semakin gelap.
"A a a a!!!" Pengunjung restoran berteriak histeris.
(Bersambung)
Sahabat Inda yaitu Rin mulai khawatir, "Tatapan dan perilakumu tadi, menandakan kamu benar-benar seperti pemuja cowok itu. Ku harap kamu jangan berambisius mendapatkannya yang tidak menyukaimu lagi."
Inda mengusap kedua matanya dengan tangan, seakan dia baru saja meneteskan air mata tapi tersamarkan dengan tetesan hujan, "Kamu ada-ada saja. Mana mungkin aku ngejar-ngejar cowok."
Inda duduk berjongkok dan menutup matanya setelah pemuda yang terus dia lihat, tidak terlihat lagi.
Rin menarik tubuh Inda, "Ayo kita berteduh. Kita jadi tontonan orang-orang di dalam restoran."
Inda hanya menangis, "Dasar cowok kejam."
"Siapa yang kamu sebut kejam?" Bukan Rin yang berucap, tapi suara pemuda.
Inda langsung menoleh ke atas.
Terlihat pemuda yang tadi menjauh kembali datang sambil membentangkan jaketnya hingga langit tampak gelap, untuk melindungi Inda dari tetesan hujan yang membasahi tubuhnya, "Kamu yang kejam, membiarkan tubuhmu sendiri kedinginan di bawah hujan ini. Apa kamu ingin sakit? Aku tidak ingin tubuhmu kurus karena sakit, tubuh indahmu tidak akan menarik lagi."
Inda tersenyum meski dia dimarahi, lalu berdiri, "Aku akan berteduh." Ucapnya sambil berlari masuk ke restoran dan diikuti Rin.
Inda melihat wajah Rin aneh, "Kamu cemburu sama aku? Aku sudah menduga kamu juga menyukai dia dan menyuruhku jangan mengharapkannya."
Rin menjawab, "Ka...kamu bi...cara dengan siapa tadi?" Ucapnya dengan gemetar, entah kedinginan atau ketakutan.
Inda menoleh ke arah berlawanan yang dia yakini tempat pemuda tadi juga mengikutinya berteduh. Seketika dia tercengang, "Di mana dia?"
Tiba-tiba ruangan restoran semakin gelap.
"A a a a!!!" Pengunjung restoran berteriak histeris.
(Bersambung)
Posting Komentar
Posting Komentar