Cerpen Indonesia

Kumpulan Cerita Pendek dan Bersambung Yang Menarik Berbahasa Indonesia

Iklan Atas Artikel

Kuburan Ibu Yang Aneh (Part 8)

Author
Published Selasa, Juli 03, 2018
Kuburan Ibu Yang Aneh (Part 8)
Aku berbalik dengan cemas untuk melihat sosok misterius di belakang yang suaranya menyerupai suara ibu.
Saat ku melihatnya, aku langsung heran. Ada wanita yang tidak ku kenal. Dia menarik tanganku. Tapi aku tetap menahan langkahku, tidak mau mengikutinya. Ketika dia berucap, "Aku tahu tentang kuburan ibumu yang terbongkar." Aku lalu ikut dengannya sambil menoleh ke belakang memastikan Indri juga ikut.

Kami ada di luar area kuburan, di pinggir jalan, di samping sebuah mobil. Wanita itu langsung bicara, "Kamu Enli, putri dari Sanja kan?"
Aku sedikit kesal dia tidak menyertakan nama ibu juga, "Apa yang terjadi dengan ibuku?" Ucapku dengan mata berkaca-kaca.
Wanita itu melihat ke sekeliling seperti memastikan tidak ada orang, lalu memerintahkanku, "Gadis yang bersamamu itu, bisa kamu suruh menjauh sebentar. Kita sedang membicarakan hal yang tidak boleh di dengar orang lain."
Aku melihat ke arah Indri, "Kamu bisa tinggalkan kami." Perintahku karena keinginanku tahu tentang ibu sangat tinggi.
Indri terlihat ragu, "Baiklah, aku tunggu kamu di tempat kita turun dari angkot tadi." Lalu dia meninggalkan kami.

Wanita itu tersenyum, "Namaku Rina."
Aku membalas senyumannya.

Dia kemudian cerita, "Kuburan ibumu pasti dibongkar oleh ayahmu Sanja. Dia sama setianya dengan kembarannya..."
Aku kaget, "Ayahku punya kembaran? Ibu tidak pernah cerita."
Dia membalas pertanyaanku, "Sanja memiliki kembaran bernama Senja. Mereka dititipkan di Panti Asuhan, karena kedua orang tuanya meninggal terbunuh saat perampokan terjadi. Di sana saat itu keduanya berumur tiga tahun, jadi tidak ingat apa-apa. Lalu terpisah ketika Sanja dipungut keluarga yang tidak punya anak. Tapi ketika keluarga itu dikarunia anak. Sanja tidak dihiraukan lagi..."

"... Saat ibu angkat Sanja meninggal. Ayah angkat Sanja hanya menyayangi anaknya. Semenjak itu Sanja mulai mandiri. Hingga ketemu ibumu dan menikah. Ironisnya, saat ayah angkat Sanja sakit, justru ibumu yang merawat dan menemani dia sampai ajal menjemput. Mungkin karena ibumu tidak mempunyai orang tua lagi karena kedua orang tuanya tewas dalam tragedi Bom Bunuh diri..."

Aku memotong ceritanya, "Di mana paman Senja?"
Ibu Rina terlihat meneteskan air matanya, "Senja adalah suami dari anakku Bintang. Meski Bintang tidak perawan lagi. Senja tetap mau menikahinya..."

"... Bertahun-tahun berlalu. Senja membuat Bintang bahagia lagi, memanjakan dan memperhatikannya selalu. Tapi mereka tidak dikarunia anak..."

"...Hingga Bintang cerita, selama menikah, Senja tidak pernah melakukan hubungan intim padanya. Awalnya kami mengira Senja menikahi anak kami karena nafsu. Ternyata salah. Cintanya sangat tulus. Kami membujuk Senja untuk melakukannya kepada istrinya. Kami ingin mempunyai cucu dari benih suami anak kami yang sah..."

Air mata ibu Rina semakin deras, "...Bintang hamil. Saat dia ngidam dan ingin suatu makanan. Senja dengan senang hati mencarikan dan membelikannya, padahal saat itu tengah malam dan dia lagi terlelap tidur ketika dibangunkan istrinya..."

Ibu Rina terlihat emosi,"... Para geng motor sialan itu, menjadikan Senja korban acak mereka. Senja tewas terkena bacokan senjata tajam dan tergeletak di tengah jalan dengan makanan di tangannya..."
Aku menangis, benar-benar tidak menyangka.
Aku heran, ibu Rina tiba-tiba tersenyum, "Bintang tidak tahu kematian suaminya, kami tidak bisa memberitahunya, takut anak kami stress kembali. Kami menyelusuri asal usul Senja. Berharap Senja punya adik atau kakak laki-laki yang bisa menggantikan posisi Senja. Yang kami dapatkan justru informasi yang mencengangkan dari panti asuhan. Lebih dari yang kami harapkan, Senja punya kembaran, yaitu ayahmu."

Aku tahu maksud Ibu Rina apa, "Maaf, ayah hanya untuk kami. Bukan yang lain." Ucapku kemudian berusaha pergi.
Ibu Rina tersenyum, dia hanya diam melihatku pergi dan hanya berucap, "Aku sudah menduga."
Bau aneh mulai tercium.
Saat aku melangkah mundur untuk menjauh. Tiba-tiba badanku tidak bisa bergerak dan terasa berat. Seperti ada sesuatu di pundakku. Ketika aku melihat ke arah kuburan, pandanganku kabur seketika.

(Bersambung)

Posting Komentar