Diambil Kedua Kalinya (Part 9)

Diambil Kedua Kalinya (Part 9)

Aku baru menyadari ada tangan yang membukamku dengan sapu tangan. Tubuhku ambruk. Terlihat dari belakangku ada seorang pria. Kemudian pandanganku yang mulai kabur menjadi gelap.

Aku sadar dalam keadaan kepala pusing dan sepertinya terkena bius dari sapu tangan itu. Kemudian kaget karena aku tiba-tiba di dalam mobil.
"Ada apa ini?"
Kedua bahuku langsung ditekan keras agar tetap duduk dengan tenang. Saat aku menoleh ke arah yang melakukannya, badanku langsung lemas karena ada dua pria di samping kanan dan kiriku.
Juga ada Ibu Rina di depan dan di samping supir, yang menoleh ke belakang untuk melihatku, "Maaf, Ayahmu Sanja sangat setia tehadap ibumu. Dia tidak tergoda dengan kemolekan tubuh dan kecantikan anakku bintang. Jadi, aku terpaksa menculikmu. Agar dia mau dengan Bintang."

Tiba-tiba ponsel pemberian Fian untukku berbunyi. Ibu Rina langsung mengambilnya. Salah satu pria mengarahkan pisau ke leherku. Lalu ibu Rina bicara, "Aku bisa melukaimu dan membuangmu ke hutan. Jika kamu bilang diculik."
Aku menganggukan kepala menuruti yang dia mau. Ibu Rina mengangkat telpon itu dan menyalakan pengeras suara.
"Ini aku, Indri. Kamu di mana? Kamu tidak apa-apakan?"
Aku menjawab bohong, "Aku sedang ke rumah teman dan dalam keadaan baik saja."
Indri terdiam. Aku juga diam. Lalu dia bicara, "Kepedulianku bukan sebatas pekerjaan. Bahkan lebih dari pertemanan biasa. Kamu boleh berbohong tapi nada bicaramu yang berbeda dari biasanya menunjukan kamu sedang dalam keadaan tidak baik. Katakan kenapa?"
Pisau yang dipegang pria di sampingku menggores leherku. Aku menggigit bibirku agar tidak menjerit. Kemudian bicara, "Jika kamu tidak percaya, lebih baik jangan berteman lagi denganku." Ucapku bohong.

Telpon kemudian dimatikan ibu Rina. Lalu dia bicara, "Temanmu Indri, cerdas juga. Tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa!"
Badanku gemetar. Kemudian mobil yang membawaku, berhenti. Pria disampingku bicara dengan wajah yang sangat dekat di wajahku, "Kita sudah sampai." Aku merasa risih tapi aku sembunyikan agar dia tidak membenciku.

Saat kami masih di dalam mobil tiba-tiba ponselku berbunyi. Ibu Rina mengangkatnya dan terdengar suara Indri.
"Sebaiknya lepaskan Enli, aku sudah menghapal nomor plat mobilmu. Polisi akan mencarimu. Hukuman berat akan siap menanti jika kalian terus lanjut."
Ibu Rina menjawabnya, "Jika kamu melapor. Enli akan mati."
Indri juga menjawabnya, "Hukuman mati juga akan menanti kalian."
Ibu Rina marah, "Aku tidak peduli. Suruh Sanja yang jemput anaknya sendiri. Jika ingin Enli tetap hidup."
Kemudian telpon dimatikan.
Kedua pria di sampingku terlihat ketakutan.
Ibu Rina langsung bicara, "Tidak perlu khawatir. Ini mobil hasil pencurian. Aku membeli ke pencuri tanpa menyertakan identitas. Jika pencuri itu tertangkap dia tidak bisa mengatakan siapa yang membeli mobil curiannya."
Kedua pria itu tersenyum. Kemudian terlihat masih khawatir. Ibu Rina mencoba menenangkannya, "Buang mobil ini. Maka kalian akan aman!"

Kami lalu keluar, supir langsung melajukan mobilnya pergi menjauh. Tiba-tiba pria di sampingku jatuh dan ketakutan, "A a.."
"Ada apa, Kumbang?" Tanya Ibu Rina terkejut.
Lalu dijawab, "Nyonya yakin gudang itu kosong!" Sambil menunjuk arah depan.
Aku merinding di balik jendela gudang sosok perempuan tidak begitu jelas, menatap kami tajam.

(Bersambung)

Download Wallpaper