Akan Digilir Dua Pria (Part 10)

Akan Digilir Dua Pria (Part 10)

Sosok mengerikan itu tiba-tiba menghilang dari balik jendela sebuah gudang beton di tengah hutan dan di pinggir jalan. Kemudian pintu terbuka, ibu Rina yang awalnya takut berubah menjadi tercengang, "Bintang! Ngapain kamu ke sini."
Ternyata sosok perempuan misterius itu Bintang. Dia mendekati ibunya dengan emosi.
"Ibu, aku melihat ayah bersama perempuan lain."
Ibunya menjawab dengan nada kesal, "Ibu tidak peduli dengan ayahmu lagi. Yang ibu pedulikan hanya kamu."
Bintang melihat ke arahku, "Siapa dia?"
Aku tidak bisa terus terang karena pisau pria anak buah ibunya Bintang terasa menembus bajuku dari belakang dan mengenai kulitku.
Ibunya menjawab, "Dia kenalan ibu. Kamu tidak perlu ikut campur."
Bintang membalasnya, "Ibu juga. Jangan ikut campur dengan urusan rumah tanggaku. Biar aku sendiri yang cari Senja. Ibu tidak perlu repot." Kemudian Bintang pergi.

Aku di dorong masuk ke dalam gudang. Saat sampai di dalam, aku di jatuhkan di lantai.
Ibu Rina mendekatiku, "Kamu tenang saja. Pria-pria ini di bawah kendaliku. Dia tidak akan memperkosamu bergilir asalkan ayahmu mau menuruti mauku."
Aku tercengang. Tubuhku tidak berhenti gemetar. Dia lalu memberikan ponselku, "Telpon ayahmu. Aku ingin bertemu dia."
Sambil menangis aku menjawab, "Aku tidak tahu nomor ayah."
Dia berteriak, "Jangan becanda. Masa kamu tidak bisa menghubungi ayahmu sendiri."
Dia lalu meninggalkanku. Salah satu pria bicara, "Bagaimana nasib gadis ini?"
Dengan kejamnya ibu itu menjawab, "Kamu bebas melakukan apapun. Dia tidak berguna. Bukan tanggung jawabku."

Aku tidak mau berakhir seperti ini. Segeraku berteriak, "Aku bisa hubungi ayahku dengan cara lain."
Ibu Rina kembali menghampiriku. Aku menjelaskannya. Meski aku tidak yakin ini berhasil.

Di halaman gudang aku duduk bersimpuh. Lama aku menunggu. Hingga ibu Rina mulai kesal.
"Jangan main-main dengan orang tua!" Teriaknya.
Tiba-tiba seekor burung Merpati terbang dan mendarat di depanku.
Ibu Rina tercengang begitu juga aku. Para pria di sampingku juga terlihat tidak percaya.
Ibu Rina memberikanku selembar kertas yang tertulis alamat, "Cepat kirimkan."
Aku menyambutnya lalu mengikatkan kertas itu ke kaki burung Merpati. Meski ragu tapi tetap ku ucapkan, "Antarkan langsung ke ayah ya..."
Entah burung itu mengerti atau tidak, ia cuma diam. Ibu Rina dan anak buahnya menatapku tajam. Aku mencobanya lagi, kali ini cuma satu kata, "Sanja." Nama ayahku.
Dalam sekejap burung Merpati itu terbang.

Aku kembali dimasukan ke dalam gudang. Ketika ibu Rina ingin pergi. Aku segera memeluk kakinya memohon, "Tante, jangan tinggalku bersama pria-pria ini."
Dia menghapus air mataku, "Tante juga punya anak perempuan. Tidak ingin diapa-apain laki-laki lagi. Yang tante ucapkan tadi, itu tidak sungguh-sungguh. Kedua pria ini akan patuh dengan ibu. Dia tidak akan memperkosamu. Tenang saja. Kamu akan dibebaskan setelah ayahmu mendata tangani kontrak." Lalu memelukku dan kemudian melepaskanku.
Salah satu pria kemudian berucap, "Bagaimana jika Bintang masuk lagi ke gudang ini?"
Ibu Rina menjawab, "Tidak akan. Aku sudah mengganti sandi pintu gudang ini."

Sekarang aku duduk di lantai ruangan gudang ini dengan dua pria mengawasi di sudut. Aku benar-benar tidak nyaman dipandangi seperti ini meski keadaanku tidak terikat.
Salah satu pria yang disebut Kumbang bicara ke temannya, "Mungkin tidak masalah jika kita cuma meraba-raba gadis ini, benarkan Elang?"
Dan dijawab oleh pria yang disebut Elang, "Kamu benar."
Mereka kemudian mendekatiku. Aku ketakutan, "Jangan lakukan itu, aku mohon. Nyonya Rina akan memarahi kalian."
Ucapanku tidak bisa menghentikan mereka mendekatiku.
Aku segera membuka pintu. Tapi terkunci. Aku ketakutan. Badanku berkeringat. Tiba-tiba, pintu terbuka sendiri membuatku terjatuh ke lantai. Sosok perempuan yang tidak ku kenal berdiri tegak tanpa ekspesi.
"Aaa..."

(Bersambung)

Download Wallpaper