Memakan Makanan Hantu (Part 7)
Melihat Jaya diam terpaku di tengah kuburan bikin aku takut. Inginku tinggalkan, nanti aku bakalan merasa bersalah jika nasib Jaya sama dengan Yena.
Perlahan ku dekati dia, "Hai Jaya!"
Tidak menyahut. Aku semakin mendekati.
"Kamu tidak apa kan Jay."
Tidak di jawab juga. Aku beranikan diri meski tangan ini gemetar. Aku coba sentuh pundak kiri Jaya.
"Eh kamu Ziah." Ucap Jaya.
Aku lega, "Huh, ku kira kamu bakalan aneh sama seperti Yena juga."
"Ngomong-ngomong soal Yena. Bukannya di bawah pohon besar itu dia?"
Aku terkejut. Segera ku arahkan pandangan ke arah yang ditunjuk Jaya.
"Sejak kapan dia ada di sana!" Ucapku melihat Yena jongkok di bawah pohon tua yang besar, terlihat kedua tangannya sedang melakukan sesuatu sambil menghadap ke pohon.
"Yena, kamu ngapain?" tanyaku dari belakang.
Yena tidak menghiraukan dan tetap meneruskan aktivitas anehnya.
Saat berada tepat di sampingnya, aku benar-benar tercengang melihat Yena memakan makanan yang diletakan di sana.
"Yena! itu sesajen bukan untukmu."
Aku menarik Yena agar dia berdiri. Tapi tubuhnya terlalu berat, dia sepertinya melawan.
"Ayah ibumu cari'in, cepat pulang." Ucapku kesal.
"Jay, bantuin." Perintahku.
Tapi Jaya juga kesulitan membuat Yena berdiri.
"Mana tenaga laki-lakimu." Ucapku marah melihat Jaya juga tidak bisa membuat Yena berdiri.
"Aku tidak bisa kasar sama wanita." Balasnya.
"Ini demi kebaikannya."
Jaya terlihat bersungguh-sungguh, dia memegang kedua bahu Yena dan membuatnya berdiri. Yena menatap tajam Jaya. Segera kutarik Yena menjauhi pohon itu dan keluar dari area kuburan ini.
Tubuh Yena terasa berat. Nih anak banyak dosanya kali.
Sampai di luar area kuburan. Aku kembali cemas.
"Aku antar Yena ke rumahmu. Aku gak tahu rumahnya. Setidaknya dia aman di sana." Ucapan Jaya yang membuatku lemas.
Sebenarnya aku takut di tinggal sendiri di sini. Cuaca juga mendung dan sudah sore. Tapi karena melihat Yena yang tatapannya kosong.
"Iya baiklah. Cepat kembali Jay."
(Bersambung)
Perlahan ku dekati dia, "Hai Jaya!"
Tidak menyahut. Aku semakin mendekati.
"Kamu tidak apa kan Jay."
Tidak di jawab juga. Aku beranikan diri meski tangan ini gemetar. Aku coba sentuh pundak kiri Jaya.
"Eh kamu Ziah." Ucap Jaya.
Aku lega, "Huh, ku kira kamu bakalan aneh sama seperti Yena juga."
"Ngomong-ngomong soal Yena. Bukannya di bawah pohon besar itu dia?"
Aku terkejut. Segera ku arahkan pandangan ke arah yang ditunjuk Jaya.
"Sejak kapan dia ada di sana!" Ucapku melihat Yena jongkok di bawah pohon tua yang besar, terlihat kedua tangannya sedang melakukan sesuatu sambil menghadap ke pohon.
"Yena, kamu ngapain?" tanyaku dari belakang.
Yena tidak menghiraukan dan tetap meneruskan aktivitas anehnya.
Saat berada tepat di sampingnya, aku benar-benar tercengang melihat Yena memakan makanan yang diletakan di sana.
"Yena! itu sesajen bukan untukmu."
Aku menarik Yena agar dia berdiri. Tapi tubuhnya terlalu berat, dia sepertinya melawan.
"Ayah ibumu cari'in, cepat pulang." Ucapku kesal.
"Jay, bantuin." Perintahku.
Tapi Jaya juga kesulitan membuat Yena berdiri.
"Mana tenaga laki-lakimu." Ucapku marah melihat Jaya juga tidak bisa membuat Yena berdiri.
"Aku tidak bisa kasar sama wanita." Balasnya.
"Ini demi kebaikannya."
Jaya terlihat bersungguh-sungguh, dia memegang kedua bahu Yena dan membuatnya berdiri. Yena menatap tajam Jaya. Segera kutarik Yena menjauhi pohon itu dan keluar dari area kuburan ini.
Tubuh Yena terasa berat. Nih anak banyak dosanya kali.
Sampai di luar area kuburan. Aku kembali cemas.
"Aku antar Yena ke rumahmu. Aku gak tahu rumahnya. Setidaknya dia aman di sana." Ucapan Jaya yang membuatku lemas.
Sebenarnya aku takut di tinggal sendiri di sini. Cuaca juga mendung dan sudah sore. Tapi karena melihat Yena yang tatapannya kosong.
"Iya baiklah. Cepat kembali Jay."
(Bersambung)
Posting Komentar
Posting Komentar