Penghalang Yang Takan Habis (Part 25)
Melihat Inda duduk lemas sambil menangis di hadapan meja makan, ibu Aga bertanya, "Masakanmu enak, kenapa menangis?"
Inda menjawab dengan nada lemah seperti tidak bersemangat, "Cuma sakit mata kok, tante. Saya pamit pulang."
Ketika Inda berdiri dan ingin pergi, ayah Aga berdiri di hadapannya, "Kamu menginap di sini lagikan, entar malam!"
Sambil memaksakan tersenyum, Inda menjawab, "Sepertinya tidak om. Makasih udah izinin saya menginap." Kemudian Inda melewati ayah Aga.
Di dalam perjalanan, Inda membaca kembali surat dari Aga, "Aku lagi ke rumah Aliya. Jadi gak bisa antar kamu. Pulanglah sendiri."
Inda meremas suratnya dengan kesal, "Jika kamu suka Aliya. Kenapa tidak biarkan aku mati saja waktu itu. Aga!!!" Teriak Inda.
Tiba-tiba dia menabrak sesuatu. Membuat langkahnya terhenti. Terlihat kerumunan warga di depannya. Dengan emosi, Inda marah-marah, "Sudah cukup Aliya menghalangiku mendapatkan Aga. Sekarang jalanku pulang juga dihalangi. Grrr"
Warga yang menyadari ada Inda berbalik, "Maaf nona, ambil jalan memutar saja. Lagi sibuk videoin pemuda yang tewas kecelakaan."
Inda kaget. Bukannya memilih jalan memutar, dia malah menerobos kerumunan warga.
Inda melihat pemuda yang tewas itu dan memegangi dadanya, "Pantesan, aku tidak merasakan firasat apapun. Yang tewas bukanlah Aga!"
Salah satu warga bicara, "Pemerkosa seperti dia pantas mengalaminya."
Kemudian warga lainnya ikut bicara, "Tapikan dia sudah bertanggung jawab dengan menikahi yang diperkosa."
Para warga berdebat, "Itu pasti karma yang datang meskipun kesalahan sudah diperbaiki!"
Mendengar itu, Inda terpikirkan sesuatu, dia bicara dalam hati, " Aga dulu pernah mencoba melecehkanku tapi tidak berhasil."
Inda takut karma akan mendatangi Aga. Tapi dia mencoba berpikiran positif, "Aga pasti sengaja membuat dirinya gagal saat mencoba melecehkanku waktu itu. Karma pasti tidak akan mendatanginya". Tiba-tiba perasaan Inda tidak enak. Membuat dia khawatir kembali.
Ponsel Inda berbunyi. Terlihat dari nomor baru. Inda mengangkat telponnya dengan gemetar. Terdengar suara wanita yang panik, "Datanglah ke sini cepat. Ini mengenai Aga!"
Membuat Inda terdiam terpaku.
(Bersambung)
Inda menjawab dengan nada lemah seperti tidak bersemangat, "Cuma sakit mata kok, tante. Saya pamit pulang."
Ketika Inda berdiri dan ingin pergi, ayah Aga berdiri di hadapannya, "Kamu menginap di sini lagikan, entar malam!"
Sambil memaksakan tersenyum, Inda menjawab, "Sepertinya tidak om. Makasih udah izinin saya menginap." Kemudian Inda melewati ayah Aga.
Di dalam perjalanan, Inda membaca kembali surat dari Aga, "Aku lagi ke rumah Aliya. Jadi gak bisa antar kamu. Pulanglah sendiri."
Inda meremas suratnya dengan kesal, "Jika kamu suka Aliya. Kenapa tidak biarkan aku mati saja waktu itu. Aga!!!" Teriak Inda.
Tiba-tiba dia menabrak sesuatu. Membuat langkahnya terhenti. Terlihat kerumunan warga di depannya. Dengan emosi, Inda marah-marah, "Sudah cukup Aliya menghalangiku mendapatkan Aga. Sekarang jalanku pulang juga dihalangi. Grrr"
Warga yang menyadari ada Inda berbalik, "Maaf nona, ambil jalan memutar saja. Lagi sibuk videoin pemuda yang tewas kecelakaan."
Inda kaget. Bukannya memilih jalan memutar, dia malah menerobos kerumunan warga.
Inda melihat pemuda yang tewas itu dan memegangi dadanya, "Pantesan, aku tidak merasakan firasat apapun. Yang tewas bukanlah Aga!"
Salah satu warga bicara, "Pemerkosa seperti dia pantas mengalaminya."
Kemudian warga lainnya ikut bicara, "Tapikan dia sudah bertanggung jawab dengan menikahi yang diperkosa."
Para warga berdebat, "Itu pasti karma yang datang meskipun kesalahan sudah diperbaiki!"
Mendengar itu, Inda terpikirkan sesuatu, dia bicara dalam hati, " Aga dulu pernah mencoba melecehkanku tapi tidak berhasil."
Inda takut karma akan mendatangi Aga. Tapi dia mencoba berpikiran positif, "Aga pasti sengaja membuat dirinya gagal saat mencoba melecehkanku waktu itu. Karma pasti tidak akan mendatanginya". Tiba-tiba perasaan Inda tidak enak. Membuat dia khawatir kembali.
Ponsel Inda berbunyi. Terlihat dari nomor baru. Inda mengangkat telponnya dengan gemetar. Terdengar suara wanita yang panik, "Datanglah ke sini cepat. Ini mengenai Aga!"
Membuat Inda terdiam terpaku.
(Bersambung)
Posting Komentar
Posting Komentar