Cerpen Indonesia

Kumpulan Cerita Pendek dan Bersambung Yang Menarik Berbahasa Indonesia

Iklan Atas Artikel

Cerita Pengalaman Hidup Dengan Sahabat Misterius

Author
Published Rabu, Juni 03, 2020
Cerita Pengalaman Hidup Dengan Sahabat Misterius

Cerita Pengalaman Hidup 


Saatku lagi makan bersama teman-teman di restoran. Tiba-tiba ada pesan masuk. Aku segera fokus untuk membalasnya. Sampai-sampai temanku kesal karena mereka seperti tidak dihargai olehku, "Cowok itu lagi, dia cuma manfaatin kamu saja. Masa kamu abaikan kami para temanmu hanya cowok tidak jelas itu."
Aku membalasnya, "Kalian tidak perlu berkomentar seperti itu, sebab kalian tidak tahu, cerita pengalaman hidup sendiri yang ku alami hingga dia hadir, sebelum kalian jadi temanku. Dia seperti sahabat bagiku."

Aku kembali bicara dengan kesal, "Aku tahu dia memang misterius. Tapi selama ini dia yang biayain aku kuliah untuk mewujudkan cita-citaku sebagai dokter. Dia yang biayain kos-kosanku. Sampai biaya hidup dan makanku juga dia yang berikan. Manfaatin gimana?, dia bahkan tidak pernah menyentuhku. Jangankan itu bahkan bertemu dia saja aku tidak pernah. Aku bingung harus balasnya bagaimana. Cuma ini yang ku bisa, balas chatnya dengan segera."
Semua terdiam.

Lalu temanku bertanya lagi, "Jangan bilang, kamu yang teraktir kami tapi dia juga yang bayar."
Aku hanya mengangguk, dan teman-temanku terlihat cemas, "Cepat balas chatnya. Jangan biarkan dia menunggu. Kalau kamu perlu bantuan milih kata-kata, kami siap membantu."

Mengingat Pengalaman Hidup Kembali


Di rumah aku termenung di depan jendela. Aku mengingat kejadian tadi. Selama ini mereka yang berteman denganku dan didekatku tidak membantuku sama sekali. Tapi justru seseorang yang jauh di sana entah di mana selalu membantuku. Semenjak aku mulai menemukan jati diriku.

Jati diriku mulai muncul ketika ayahku kecelakaan di jalan dan aku bersama ibu hanya bisa menunggu tenaga medis datang hingga akhirnya beliau tiada. Kemudian hari berlalu dan ibuku sakit, karena kami miskin maka ibu tidak bisa berobat dan akhrinya menyusul ayah. Aku benar-benar sedih, padahal aku sudah duduk di bangku SMA. Aku sudah besar tapi tidak bisa menolong mereka berdua. Seandainya aku seorang dokter, aku pasti bisa melakukan pertolongan pertama ke ayah dan mengobati ibu sendiri. Aku memutuskan untuk jadi dokter. Tapi itu mustahil bagiku yang yatim piatu dan juga miskin.

Meski mustahil tapi aku tetap berusaha ingin mendapatkan uang dengan cara apapun. Aku berjanji jika aku jadi dokter maka akan mengobati para orang miskin. Aku bingung harus bagaimana. Aku terpaksa pergi ke warung remang-remang. Saat aku dalam perjalan di sana, aku tidak sengaja menemukan Hp tergeletak di jalan. Kebetulan aku lagi lapar sekali, aku bisa menjual Hp ini. Tapi entah dari mana keinginan untuk mengembalikan Hp ini muncul. Aku pikir pemilik Hp ini pasti lagi mencarinya dan membutuhkannya untuk mendengar kabar dari ibu dan ayahnya. Pikiran ini terlintas, saat melihat foto depan layar Hp itu. Seorang pemuda seumuran denganku sedang dipeluk oleh ayah dan ibunya.

Aku membuka Hp itu dan tidak terkunci. Aku mencoba mencari kontak dengan nama ayah atau ibu di sana. Tapi saat aku mau telpon, tiba-tiba ada nomor baru menelpon. Aku mengangkatnya perlahan, lalu terdengar suara laki-laki, "Kamu menemukan Hp ku yang hilang?"
Aku gugup, tapi segera ku jawab, "i... Iya. Aku akan kembalikan, kamu di mana?"
Dia bertanya hal aneh padaku, "Kamu dokter?"
Langsung aku jawab, "Bu bukan... Aku bukan dokter tapi aku bercita-cita jadi dokter. Emang kenapa?"
Lalu dia jawab, "Berarti aku tidak menjatuhkannya Hp itu di rumah sakit. Kamu tidak perlu kembalikan. Ambil saja. Aku sudah terlanjur beli Hp baru."
Langsung aku balas, "Tapi, nanti orang tuamu menelpon kamu, gimana!"
Dia menjawab dengan nada datar, "Aku sudah bertemu kedua orang tuaku di kamar mayat. Jadi aku tidak butuh Hp itu lagi, tidak ada yang akan menelpon dan mencariku."
Seketika tubuhku gemetar. Tak terasa air mataku menetes. Aku dan dia punya pengalaman sedih yang sama.

Tiba-tiba dia bertanya,  "Disekitarmu ada restoran Senja!"
Aku melihat kesekeliling dan benar ada restoran senja, "Iya." Balasku.
Dan dia jawab, "Aku sempat pesan makanan di sana. Belum sempat aku ambil bahkan kembaliannya juga. Bisa kamu ambil untukmu sendiri. Bilang ke pelayananya, kamu utusan aku, L."
Aku tercengang. Belum sempat aku ucapkan terima kasih kebetulan aku lagi lapar tapi telponnya sudah dia tutup.
Aku lalu pergi ke restoran itu. Dan bilang, "Aku diminta L ke sini."
Pelayan itu bilang, "Oh, iya. Silahkan duduk. Makannya akan segera kami hidangkan."
Aku lalu duduk. Tidak beberapa lama, meja depanku dipenuhi makanan."
Aku benar-benar terharu.

Cerita Pengalaman Yang Terus Belanjut


Semenjak itu hubungan kamu terus belanjut, dia selalu hubungi aku dan juga memberikanku bantuan setiap aku selesai menjawab pertanyaannya.
Dia tanya apa kamu kuliah kedokteran?
Dan aku jawab, aku tidak sanggup kuliah itu meski ingin.
Lalu dia biayai aku kuliah kedokteran. Menyediakan kosan dekat dengan kampus. Bahkan sampai biaya aku hidup dia juga yang tanggung. Padahal aku sama sekali tidak memberikan dia apapun. Selain perhatian yang ku beri saat dia menghubungiku. Aku dan dia bagaikan sahabat. Mungkin cuma itu, karena dia tidak pernah bicara romantis ataupun merayuku. Dia bahkan tidak pernah minta untuk melihat fotoku. Yang dia lakukan cuma membantuku tanpa alasan.

Meski begitu, seorang cowok membantu tanpa alasan ke cewek tidak bisa diterima dengan akal sehat oleh teman-teman kampusku. Mereka mengira aku adalah gadis simpanan L. Bahkan mahasiswa di sini juga ingin menyewaku. Tentu aku kesal dan marah. Aku menelpon L, untuk pertama kalinya. Biasanya dia yang telpon aku.
Kali aku bicara ke dia dan mencurahkan isi hatiku, "L, aku ingin bertemu kamu dan pertemukan kamu pada teman-temanku lalu jelaskan ke mereka." Ucapku sambil menangis.
Dia tidak menjawab. Tapi aku bisa dengar nafasnya. Aku terus menunggu. Dan beberapa lama kemudian dia berucap, "Ceritakan masalahmu!"
Aku membalasnya, "Mereka menuduhku yang tidak-tidak. Aku jadi tidak sanggup menjalani kuliah."
Dia menjawab, "Kamu mau pindah kampus?"
Aku menjawabnya, "Tidak, kampus ini yang terbaik dan aku ingin mendapatkan ilmu terbaik."
Tiba-tiba dia membalasnya dengan nada tinggi, "Selesaikan kuliahmu dan wujudkan cita-citamu maka kamu bisa temui aku." Lalu dia menutup telponku.
Setelah itu aku tidak bisa menghubungi L dan dia juga tidak pernah menghubungiku lagi.

Akhir Cerita Hidup Yang Berharga


Serasa cerita pengalaman hidupku yang berharga akan segera berakhir saat tidak ada kabar darinya lagi. Tapi aku mulai sadar, dia selalu mengirimkan transferan uang ke aku, untuk biaya kuliah dan hidupku. Aku jadi semangat kembali, artinya dia masih memberikan perhatiannya padaku dan aku tahu kabar dia baik-baik saja. Setidaknya aku punya harapan dapat bertemu dia. Ini menjadi motivasiku untuk semangat menjalani kuliah dan mengabaikan gosip teman-teman kampus.

Sampai akhirnya tiba aku wisuda. Aku seharusnya senang. Tapi melihat teman-temanku lainnya ditemani keluarga mereka. Jadi membuatku sedih karena cuma sendiri. Kemudian telponku berbunyi, aku segera melihat ke layar Hp dan langsung membuatku tersenyum. Sudah sangat lama L tidak pernah menghubungiku, sekarang dia menghubungiku lagi."
Dia langsung berucap, "Kamu ingin bertemu denganku?"
Aku membalasnya cepat, "Tentu, jangan bilang kamu ada di sini."
Tapi L langsung menutup telponnya. Membuatku kecewa sekaligus bingung. Lalu pesan baru masuk. Dari L bertuliskan alamat. Aku segera meninggalkan kampus. Melepas semua atribut wisudaku. Kemudian pergi ke alamat itu.

Aku tiba disebuah gedung tua. Saat aku tiba depan pintu, pintu tidak terkunci. Di dalamnya hanya nampak ruangan kosong. Cukup menakutkan bagiku. Aku lalu naik tangga ke lantai dua. Seperti yang dituliskan L dalam pesannya.

Sesampai di lantai dua. Aku dibuat kagum. Berbeda dengan lantai satu yang terlihat terbengkalai. Di lantai dua sangat bersih dengan semuanya berwarna putih. Cuma ada satu ruangan di tengah lantai ini. Aku lalu masuk ke sana. Tampak seseorang sedang duduk di kursi. Cahaya senja di belakang dia duduk membuat dia tampak gelap dan tidak terlihat jelas. Di belakangnya hanya ada dinding kaca sehingga cahaya ruangan ini hanya berasal dari sana. Dengan gugup aku bertanya, "Kamu L?"
Dan dia berkata, "Hai Lina. Senang bertemu denganmu. Selama ini aku hanyar dengar cerpen darimu dari jauh. Sekarang kamu bisa ceritakan langsung." Seketika lampu di ruangan itu menyala. Tampak seseorang pemuda yang pernah ku lihat di foto 4 tahun yang lalu. Sama sekali tidak berubah, dia tampak awet muda.

Dia lalu mempersilahkan aku duduk. Kami saling berhadapan dan hanya terpisahkan meja. Dia lau menyapaku, "Kamu terlihat lebih dewasa!"
Dan aku membalasnya, "Dan kamu tidak mengalami perubahan sedikitpun, itu sangat aneh."
Dia kemudian menjelaskannya, "Aku punya penyakit sejenis kanker. Entah kanker apa sepertinya ini jenis baru. Kanker ini terus menyerang sel-sel usia baru. Sehingga tubuhku tetap pada sel usia ini."
Aku kaget dan juga takjub, "Betapa beruntungnya kamu."
Dia terlihat cemberut, "Bagiku tidak. Aku ingin kamu sembuhkan aku dari penyakit ini."
Aku tentu tidak setuju," Kenapa? harusnya kamu senang punya hal seperti ini dan kamu bisa tularkan penyakitmu itu."
Dia tertawa, "Haha..." Kemudian tampak tegang, "Kamu mengucapkan hal sama seperti dokter lainnya. Tapi penyakit ini tidak bisa ditularkan. Meskipun begitu, darahku bisa digunakan untuk menyembuhkan kanker, tumor bahkan penyakit virus yang tidak ada vaksinnya."
Aku menjadi lesu mendengarnya, "Jadi kamu menjual itu untuk mendapatkan uang dan biaya aku."
Dia tersenyum, "Kamu benar, dan karena aku telah berikan segalanya untuk hidupmu maka kamu tidak bisa menolak seperti dokter lainnya."
Aku mencoba menerima keadaan, "Kamu kamu ingin sembuh? Kami ingin menua!"
Dia tampak sedih, "Dibalik kehebatannya, penyakit ini juga punya kekurangan. Selalu membuatku asma saat malam hari. Aku susah tidur. Aku selalu membayangkan pengalaman hidup dulu. Dan itu membuatku sedih. Ku harap kamu mengerti."
Aku mengangguk, bisa merasakan apa yang dia rasakan, "Iya, aku bantu kamu."

(Selesai)

Posting Komentar