Alasan Selalu Berpikiran Buruk (Part 8)

Alasan Selalu Berpikiran Buruk (Part 8)

Suara Enja benar-benar berubah dan kembali bicara, "Berbaliklah!" Aku tercengang, dia ingin aku berbalik dan membuatku menyaksikan saat di makan olehnya. Sungguh kejam.

Tapi aku terpaksa melakukannya. Segeraku berbalik dan aku berlutut sambil memejamkan mata, "Ku mohon jangan siksa aku perlahan!"

Tubuhku gemetar saat dia menyentuh pundakku. Tapi ketika dia berkata, "Enja sedang makan di dapur." Aku kaget jadi itu maksud dari kata 'makan' dan pantas saja suaranya berbeda, ketika membuka mata dan melihat ke depan, ternyata Ayah.
Aku tersenyum berharap Ayah tidak marah, tapi itu percuma, "Buku Novel Psikopat dan Horror milikmu harus dimusnahkan. Lihat! kamu selalu berpikiran Parno begini. Ayah sudah tidak tahan lagi..." Ucap Ayah penuh emosi.
Ayah lalu menuju Lemari Perpustakaanku dengan cepat aku memeluk kaki Ayah untuk menahannya, ''Jangan Ayah, itu Novel Favoritku..."

Ayah memegang bahuku dan mendirikanku, "Jika Ayah lihat kamu berpikiran yang tidak-tidak lagi. Ayah tidak segan membakar Novelmu."
Aku mengangguk tanda setuju dengan syarat Ayah.
Ayah kembali bicara, "Pergilah ke dapur! Enja sudah di sana sedang makan bersama Ibu."

Aku segera pergi ke dapur tapi Enja sudah tidak ada dan Ibu bilang, "Enja sudah pergi ke Kota lagi..."
Mendengar itu aku ingin mengejarnya tapi dicegat Ibu, "Enja sudah bilang ke Ibu telah memberimu HP. Kamu bisa telpon dan tanyakan dia di mana, nanti!. Sekarang, Ibu ingin kamu jangan lewatkan makan siangmu."
Aku baru kepikiran lalu menyelesaikan makan segera.

Setelah selesai makan, aku langsung pergi ke alamat yang dikirim Enja lewat SMS. Tiba-tiba dalam perjalanan, aku menemukan darah berceceran di perbatasan Kota dan Desa yang sunyi.

Tubuhku gemetar ketakutan tapi aku juga penasaran. Membuatku jadi bingung, mengikuti ceceran darah itu atau tetap lanjut ke tempat Enja berada.

(Bersambung)

Download Wallpaper