Buku Misterius Kedua (Part 5)

Buku Misterius Kedua (Part 5)

Meskipun tidak ada inspirasi yang masuk setelah aku menuliskan kata kunci di buku Lifenote. Aku tetap menebak, bahwa artis itu berbohong dengan menuduh polisi sudah mengizinkannya, sehingga penunggu di sana yang merupakan arwah bergentayangan Polisi terlihat marah.

Tiba-tiba telponku berbunyi dari Nanda. Aku mengangkatnya,
"Kamu sudah menemukan pelaku yang menyakiti gadis bunuh diri itu?"
Sekarang waktu yang tepat, untuk mengetahui kemampuanku menebak berasal dari Buku itu atau Bakat terpendamku.
"Belum.Oh iya aku ingin tanya, apa kamu ikut serta menyelesaikan kasus mobil artis masuk jalur angkutan umum?"
Nanda terdengar kesal,
"Sebenarnya ada oknum polisi yang disuap artis tersebut tapi komandan kami menyangkalnya. Sudah, aku tidak mau memikirkan kasus tersebut. Yang ku ingin kamu berikan informasi tentang kematian gadis malang tersebut, kalau tidak , aku tidak akan membayarmu."
Tanpa memberi kesempatan bagiku membalas. Telpon langsung ditutup.

Habislah aku. Tebakanku meleset. Sekarang buku itu tidak berfungsi lagi. Keinginanku untuk dapat uang banyak tidak akan terwujud.

Malam itu aku sulit tidur. Memikirkan bagaimana cara mendapatkan uang. Aku ingin buktikan ke ibu bahwa kaya itu menyenangkan, termasuk dapat menyuruh-nyuruh orang.

Besok paginya aku sekolah. Di sekolah akan diadakan wisata. Ada biaya jika ingin ikut. Pulang sekolah aku menemui Nanda untuk meminta uang honorku atas kasus yang selesai. Nanda bicara dengan nada tinggi, "Kasus Bus, uangnya sudah aku beri dan kamu gunakan untuk beli HP adikmu, jadi aku cuma berikan uang Kasus Tiang Listrik!"
Aku mencoba menuntut hakku, "Bagaimana dengan kasus bunuh diri, aku juga mengungkapkan bahwa itu dilatar belakangi kekerasan seksual."
Nanda memarahiku, "Jika kamu bisa temukan pelakunya, baru uang sisanya aku beri."
Aku pulang dengan kecewa.

Aku berhenti di pinggir jalan Raya dan duduk di tepi sungai.
"Seharusnya sekecil apapun bantuanku dihargai." Ucapku kesal sambil melempar batu ke sungai. Tapi lemparanku jatuh tepat di atas buku warna abu-abu dibungkus plastik transparan yang hanyut. Karena unik dan juga penasaran, aku mencoba meraihnya dengan ranting yang ku temukan.

Aku berhasil mendapatkannya. Lalu membuka bungkus plastik itu dan mengeluarkan isinya. Buku tersebut kering meski hanyut di sungai. Sampul depannya cuma ada simbol bentuk sidik jari berwarna merah tepat di tengah. Aku segera membukanya. Di halaman awal tertulis, 'Apa yang kamu inginkan?' setelah itu tidak ada lagi. Halaman berikutnya kosong. Buku ini sama sekali tidak menarik. Aku kira bisa menemukan cerita di sini. Jadi aku bisa mencetak dan menjualnya untuk mendapatkan uang.

Tiba-tiba di seberang sungai ada sosok wanita berpakaian serba putih dan berambut panjang. Terlihat salah satu tangannya tidak ada. Seketika dia menatapku tajam. Aku segera pergi dari sana.

Sampai di rumah. Aku tidak menemukan Enli, pasti ibu membawanya ke Rumah Sakit jiwa sesuai dengan pesan yang dia kirimkan lewat SMS saat aku di sekolah. Aku lalu menuju kamar. Tidak sadar aku membawa buku yang di sungai tadi. Aku teringat kejadian mengesalkan siang tadi di tempat kerja Nanda. Aku menulis, 'ingin kaya' di buku aneh itu dengan emosi. Lalu meletakannya di meja. Kemudian melempar tasku ke lantai.

Tanpa pikir panjang aku langsung rebahan sebentar, menghilangkan rasa kesal. Saat aku membuka mata. Aku kaget sudah pagi. Sial, aku kebablasan.

Aku bergegas ke luar kamar. Saat aku membuka pintu kamar tiba-tiba ada sesuatu jatuh di mejaku. Saat aku menoleh ternyata buku di sungai kemaren. Tidak ada angin buku itu terjatuh sendiri. Aku mendekati buku itu dengan rasa gugup. Simbol merah berbentuk sidik jari berubah menjadi simbol salah satu organ tubuh manusia, aneh tapi setidaknya aku bisa memberikan nama pada buku ini, mungkin nama yang cocok buku...

(Bersambung)

Download Wallpaper