Hubungan Penuh Misteri (Part 4)

Hubungan Penuh Misteri (Part 4)

Di ruang tunggu rumah sakit Inda terduduk dengan kebingungan. Air matanya menetes tanpa dia sadari.
"Aku tidak kenal dan dia mencoba berbuat jahat padaku. Tapi, kenapa aku harus menangis melihatnya terluka." ucap Inda dengan wajah yang terlihat heran tidak tahu alasan dia menangis.

Tiba-tiba dada Inda terasa sakit hingga dia memegangnya erat, "Tidak sesak, tapi kenapa..."
Inda merasakan firasat buruk. Dia berlari menuju ruang unit gawat darurat. Ada seorang polisi yang menjaga di pintu sambil berdiri.
Inda memperhatikan dari luar. Lewat kaca dia melihat pemuda misterius itu terbaring. Dokter dan para perawat terlihat panik. Pemuda itu kritis. Alat pemacu jantung diletakan di dada si pemuda yang hampir kehilangan detak jantung. Inda masuk ke ruangan dibiarkan oleh polisi yang tahu dia pacarnya si pemuda.
Saat di dalam. Perawat mencegahnya. Tapi dokter bilang, "biarkan dia."
Inda mendekati si pemuda.

Kini Inda berada di sisi kanan si pemuda dan dokter di sisi kiri si pemuda.
Dokter terlihat pasrah, "Maaf kami tidak bisa menyelamatkan kekasihmu."
Inda mendengarnya tapi tidak tahu kenapa, dia ingin di sisi pemuda itu. Padahal si pemuda bukanlah kekasih yang dia dapatkan karena cinta, tapi kerena terpaksa.

Di layar monitor terlihat garis lurus.
Inda memegang tangan si pemuda.
Teeet..Teeet...Teet...
Dokter dan para perawat kaget mendengar suara alat yang menunjukan detak jantung si pemuda. Berdetak dengan cepat.

"Kami tidak tahu hubungan kalian seperti apa? Tapi itu sangat membantu. Selebihnya biar kami tangani. Nona bisa tunggu di luar." Ucap si dokter. Tirai di dinding kaca segera ditutup.

Inda berjalan menuju ke ruang tunggu yang agak jauh dari UGD, karena di dekat ruang UGD tidak ada kursi. Di ruang tunggu sambil duduk. Inda melihat tangannya yang menyentuh si pemuda. Dia juga tidak kalah bingungnya di bandingkan si dokter. Apa yang menghubungkan dia dengan si pemuda.
"Apa aku tulang rusuknya!" pikiran liar Inda muncul.
Lama dia duduk. Kemudian...
"Dadaku tidak sakit lagi. Jangan-jangan!" Inda bergegas kembali ke ruangan UGD tapi dia tabrakan dengan perawat di sana saat berbalik dan berlari.
"Aduhhh!" keluh Inda.
"Maafkan saya. Maafkan saya." ucap perawat itu.
"Iya gak apa-apa!" Inda bergegas berdiri.
"Pacarmu sudah sadar." ucap perawat itu lagi.
Inda kaget, dugaannya benar.
"Siapa yang menemaninya di sana?" tanya Inda.
"Dokter dan lainnya udah pergi. Karena ada pasien lain. Saya ditugaskan..."
Inda langsung berlari tanpa mendengar sampai selesai yang dikatakan perawat.

Dia tercengang. Si pemuda misterius itu sudah tidak ada lagi di ruangan.
"Dia sudah pergi dan ingin sendiri." Jelas polisi yang ada di sana.
Inda berlari ke lift. Tapi karena lama terbuka. Dia menuruni tangga dari lantai dua ke satu. Saat berada di tangga, Inda melihat si pemuda sedang di tempat kasir di lantai dasar. Inda bergegas menuruni anak tangga. Sampai di dasar. Dia kembali kehilangan si pemuda. Tanpa pikir panjang Inda berlari ke luar rumah sakit. Dia melihat sekeliling halaman.
"Sial...sial...jika dia jodohku kenapa harus menghilang dari hadapanku." Teriak Inda kesal.
Kemudian dia dibuat semakin kesal. Si pemuda yang dia cari terlihat di hadapannya sedang berjalan menjauh.
Inda mengejarnya. Tapi kakinya tersandung hingga membuatnya tertunduk. Sedangkan si pemuda terlihat semakin menjauh.
"Berhentiii." Teriak Inda karena tidak sanggup mengejar. Inda masih belum pulih sepenuhnya.
Si pemuda berhenti sebentar. Kemudian kembali berjalan. Inda menyadari si pemuda mengenali suaranya.
Inda kembali berteriak, "Pacar macam apa kau?"
Si pemuda berhenti seketika.
Inda menghampirinya. Membalikan tubuh si pemuda. Terlihat wajahnya masih terlihat pucat.
"Sebenarnya seperti apa hubungan kita?" tanya Inda penasaran.
"Kamu bisa jawab gak sih?" Inda marah.
Si pemuda hanya diam. Karena dia juga tidak tahu jawabannya.
Inda yang menyadarinya kembali bicara, "Gini aja. Kitakan udah jadi pacar. Kasih tahu namamu?" tanya Inda lagi.
"Namaku..." Belum sempat si pemuda menjawab.
"Hei Inda..." Teman Inda datang. Mengalihkan perhatian Inda ke depan. Ketika dia berbalik ke arah si pemuda di sampingnya. Si pemuda itu menghilang di tengah orang-orang yang berlalu lalang.
"Rin, gara-gara kamu. Dia kan hilang lagi." kesal Inda.
"Siapa? kamu sendiri di sini aku lihat." balas Rin.
"Si cowo itu, masa kamu gak lihat?" tanya Inda penasaran.
"Santai aja kali. Aku lihat kok. Cowo itu pacarmu kan. Udah jangan dicari lagi. Aku percaya kok. Temanku yang cantik ini gak jones lagi." ucap Rin sambil cubit pipi Inda.
"Bukannya begitu..." balas Inda, sambil mau pergi. Tapi ditahan tangan kirinya oleh Rin.
"Maksudmu pengen pamerin pacarmu ke akukan?" ucap Rin lagi.
"Emang barang mau di pamerin." balas Inda kesal.

(Bersambung)

Download Wallpaper