Membaca Pikiran (Part 5)

Membaca Pikiran (Part 5)

Sepertinya aku memiliki kekuatan mistis yang dapat memerintah orang dengan kata hati tanpa harus bicara. Jadi bisa membuat teman-teman di kelas yang ribut mengejekku tiba-tiba diam hening saatku berteriak di dalam hati meminta mereka diam.

Sambil tersenyum aku membuka mataku. Tampak Bapak Guru yang tadi tidak ada di kelas sekarang sudah di depanku, "Kamu kenapa?"
Aku yang duduk paling muka tentu terkejut karena ini tidak seperti bayanganku, "Tidak apa-apa, Pak!" Jawabku kecewa. Ternyata mereka diam karena guru sudah masuk kelas.

Suasana di sekolah sangat tidak aku suka. Jadi aku ingin melewatinya secepat mungkin. Tapi aku harus nunggu jam pulang dulu. Saat lonceng tanda jam itu tiba, aku langsung berlari pulang. Aku tidak sabar untuk bertemu Enja kembali. Ketika sampai di rumah, aku menemui ibu yang ada di dapur, "Enja di mana bu?" Tanyaku ketika tidak menemukan Enja di segala sudut rumah.
Ibu menjawab sambil masak, "Enja tadi pamit pergi ke..."
Tanpa pikir panjang dan tidak perlu menunggu ibu selesai bicara, aku juga langsung pamit, "Aku pamit pergi juga bu!"

Aku menghampiri tepi sungai. Pasti Enja seperti kemaren ada di sana. Tapi saat aku sampai, ada sosok pemuda yang tidak ku kenal sedang berdiri di sana dengan se'ekor burung Gagak di dekatnya lalu burung itu terbang. Aku melangkah perlahan ke belakang, khawatir dia akan bermaksud jahat karena di sini sangat jarang ada orang. Tiba-tiba dia berbalik, "Maaf membuatmu takut. Aku lagi cari seseorang yang hanyut di sungai ini!" Tanyanya seakan sadar dengan keberadaanku.
Wajah pemuda itu yang tampan membuatku berhenti mundur dan justru menghampirinya. Dia langsung mengulurkan tangannya, "Sebelumnya perkenalkan namaku, Sanja!"
Aku menyambut tangannya yang halus dan hangat, "Panggil saja aku Huja!"

Sanja lalu memperlihatkan Foto Enja bersama seorang gadis, dan menjelaskannya, "Pemuda itu yang ku cari, dan gadis di samping itu adalah adiknya."
Tidak ada foto Sanja membuatku masih ragu, apa Sanja musuhnya Enja karena usia mereka sepertinya sama. Tapi Sanja seakan tahu lalu memperlihatkan satu foto lagi, dia bersama adiknya Enja. Belum sempat dia bicara, aku langsung bicara karena sudah tahu maksud foto itu, "Kamu pasti pacar adiknya Enja. Ayo ikut ke rumahku."

Di dalam perjalanan aku mengajak Sanja bicara, "Enja luka-luka dan lupa ingatan saat aku temukan di sungai. Tapi sekarang lukanya sudah sembuh dan sedang jalan-jalan. Walaupun ingatan masih belum kembali, pasti dia ingat jalan pulang ke rumahku." Ucapku sambil tersenyum lalu menoleh ke kiri ke arah Sanja berada tapi dia tidak ada. Hanya suara Sanja yang terdengar, "Bagaimana kamu tahu namanya Enja jika dia lupa ingatan saat kamu temukan!"

Kejadian aneh ini membuatku berpikir Sanja adalah makhluk halus yang dikirim adiknya Enja. Itu membuatku ketakutan, "Aku pacarnya Enja!" Jawabku berharap Sanja tidak mencelakaiku karena ku punya hubungan erat dengan Enja.

(Bersambung)

Download Wallpaper