Dibalik Suara Tak Kasat Mata (Part 6)

Dibalik Suara Tak Kasat Mata (Part 6)

Suara tak kasat mata kembali terdengar membuatku gemetar, "Di sebelah kirimu aku tidak ada!"
Ucapannya memang benar. Seakan dia sadar bahwa dirinya tidak dapat terlihat. Aku sudah melihat ke arah kiriku dan dia tidak ada.

Sentuhan mulai kurasakan hingga aku merinding ketakutan. Dia yang tidak terlihat kembali bersuara, "Aku disebelah kananmu!"
Ucapannya kali ini membuatku tercengang malu. Ternyata Sanja ada di sebelah kananku.

Kami kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah. Karena kejadian memalukan itu aku hanya diam. Sanja kemudian bicara, "Mengenai foto kedua yang kuperlihatkan. Itu bukan foto aku dengan Enli, adiknya Enja. Tapi foto aku dengan ibunya Enja saat lagi muda. Enli memang mirip dengan ibunya waktu muda."
Penjelasan Sanja benar-benar membuatku bingung, "Aku tidak ngerti yang kamu katakan?"
Sanja terlihat kecewa, "Jika kamu menganggap dalam foto itu, aku sedang bersama Enli, tidak apa-apa!"
Aku tersenyum, "Kalau itu aku ngerti. Kamu pacarnya adiknya Enjakan?" Kembaliku menanyakan itu karena Sanja belum mengiyakannya.

Tiba-tiba saat di depan rumah. Enja sudah ada di sana dan langsung di sapa Sanja, "Wajahmu seperti perpaduan kami berdua, Orang tuamu. Ayah senang kamu baik-baik saja."
Terlihat Enja tidak senang dengan kehadiran Sanja, "Kamu pemuda aneh. Seakan-akan menganggap dirimu adalah Ayahku. Aku dengar Huja bilang kamu pacar adikku, itu jauh lebih masuk akal. Jika kamu ingin membawaku pulang menemui keluargaku. Pergilah! Aku tidak ingin dipanggil saat lagi dibutuhkan saja." Setelah mengucapkan itu, Enja langsung masuk ke rumah.

Sepertinya Enja terpengaruh ceritaku sebelumnya bahwa keluarganya tidak mengharapkan kehadirannya dan cuma adiknya saja.
Terlihat wajah Sanja yang terkejut. Aku segera bicara menenangkannya, "Mungkin Enja masih kecewa karena tidak ada keluarganya saat dia sadar. Apalagi Enja lagi lupa ingatan, dia butuh waktu untuk mengingat masa lalunya."
Sanja memberikan sebuah foto Enja bersama Enli ke aku sambil bilang, "Serahkan ini padanya. Kenangan Enja bersama adiknya mungkin akan kembali."

Aku menerima foto itu, tapi saat Sanja mengeluarkan sesuatu dari dompetnya. Aku segera menolaknya, "Tidak perlu khawatir. Segala keperluaan Enja, aku yang nanggung. Aku pasti akan mengurusnya dengan baik."
Sanja terlihat ragu dengan perkataanku, tapi kemudian dia tersenyum dan dua bayangan hitam tiba-tiba muncul di samping kanan kiriku. Membuatku gemetar. Aku sudah menduga, Sanja punya kemampuan mistis. Dia pasti tahu aku telah meracuni ingatan Enja. Lalu menghukumku dengan mendatangkan kedua jin hitamnya.

(Bersambung)

Download Wallpaper