Model Rambut Yang Harus Diterima (Part 3)

Model Rambut Yang Harus Diterima (Part 3)

Sosok putih itu terlihat jelas saat mendekat dan mengarahkan cahaya senter di tangan kirinya dari mataku ke tubuhku. Dia, Dinda yang sedang memegang sebuah gunting di tangan kanannya.
"Kamu harus dihukum?"
Aku bingung, "Salahku apa?"
Ketika aku ingin bergerak tanganku dipegang erat oleh seseorang, aku menoleh ke arahnya. Hesa, apa dia juga yang menarikku ke dalam gudang.
"Salahmu mendekati kekasihku, Agi!" Jelas Dinda.
Jadi benar dugaanku, yang memberikan botol mineral dan sapu tangan adalah seseorang.
"Aku salah dan pantas dihukum." Jawabku sambil tersenyum menandakan bahwa dia boleh mempersekusiku.
Dinda menarik rambutku dengan kasar, "Aduh!"
Dia lalu memotong sebagian rambutku di hadapanku. Ingin aku menangis tapi aku mencoba menahan air mataku.
"Kamu harus dibuat tidak menarik lagi, agar Agi tidak mendekatimu lagi." Ucap Dinda.
Dia lalu pergi. Hesa melepaskan tanganku. Segera aku memungut potongan rambutku dan menyimpannya.
"Maaf, aku cuma membela yang benar. Perebut Pacar Orang sepertimu harus diberi pelajaran." Ucap Hesa.
Aku membalasnya dengan senyuman, "Iya, aku janji akan mencegah Agi mendekatiku lagi."
Tanpa menjawab, Hesa pergi.

Aku keluar dari gudang dan meneruskan pergi menuju danau. Sesampainya di sana, aku melihat wajahku dengan rambut terurai melalui pantulan air danau. Terlihat penampilanku tambah jelek dengan rambut yang aneh. Sisi lain panjang, tapi sisi lainnya pendek. Aku tidak sanggup melihatnya. Lalu memejamkan mataku.

Tiba-tiba ada yang menyentuh rambutku. Apa Dinda tidak puas merusak rambutku lagi. Sebaiknya aku tidak melawan biar dia tidak tambah kesal.
"Jika rambutmu diikat. Penampilan rambutmu tidak buruk." Ucap suara laki-laki.
Pasti dia Agi. Jika aku mengusirnya dia nanti tersinggung. Jika aku mengatakan sebenarnya nanti Dinda dimarahi Agi. Aku bingung harus apa. Tidak sadar aku terlalu lama berpikir.
Aku membuka mataku dan mencoba menghadap Agi tapi dia sudah tidak ada. Apa Agi datang hanya untuk pergi. Rambutku yang terurai sekarang terikat. Aku kembali melihat air danau dan tersenyum melihat pantulan bayanganku sekarang.

Usai waktu istirahat pertama. Di dalam kelas. Dinda menatapku tajam. Apa dia melihat Agi mendekatiku lagi. Dia pasti kesal. Aku ingin menghiburnya. Aku tersenyum ke arahnya, agar dia juga tersenyum. Tapi dia malah cemberut.

Istirahat kedua. Aku duduk di depan kantor guru. Takut dipersekusi lagi oleh Dinda dan Hesa.
"Ambun, kenapa di sini? Gak main sama teman-temanmu!" Sapa guru saat melihatku.
Jika aku bilang gak punya teman. Nanti Guru akan menyuruh siswa dan siswi berteman denganku. Aku tidak ingin mereka berteman denganku karena terpaksa.
"Lagi Badmood bu, mungkin karena PMS!" Jawabku.
Guru lalu melanjutkan masuk ke kantor.

~

Hari itu berlalu. Tiba hari rabu. Hari ketigaku di kelas baru. Aku hati-hati saat jalan menuju kekelas. Takut jalanku menghalangi orang lain dan membuatnya terpaksa mendorongku lagi.

Dari belakang ada siswi yang buru-buru. Segera aku menyingkir ke samping.
"Silahkan!" Ucapku sambil tersenyum.
"Dasar aneh." Balasnya sambil melewatiku.

Istirahat pertama tiba. Baru keluar kelas. Aku ditarik Dinda. Dia membawaku ke tempat yang sama. Gudang yang gelap.
"Kamu tidak jera mendekati Agi. Baru kemaren dikasih hukuman kamu langsung dekati dia lagi hari itu juga?"
Hesa datang dan ikut masuk, "Aku bersamamu kan Dinda saat itu! Aku tidak melihat ada Agi bersama Ambun?"
Dinda terlihat tercengang, "Jangan becanda. Terus yang aku lihat itu apa?"
Aku merinding mendengar pembicaraan mereka.

(Bersambung)

Download Wallpaper