Peti Pesulap Yang Aneh (Part 3)

Peti Pesulap Yang Aneh (Part 3)

Aku tidak langsung menjawab pertanyaan Seta. Tapi bicara hal lain, "Tiang listrik, Mobil dan Korban yang terluka di kepala."
Seta kesal, "Yang aku tanya itu, apa kamu tahu kronologi kecelakaan ini yang sebenarnya, seperti kasus sebelumnya!"
Aku mengeluarkan buku tulis dari dalam tasku lalu menulis sesuatu kemudian menyerahkannya ke Seta. Dia terlihat heran tapi tetap menerima lalu membacanya.

"Penumpang yang merupakan bos bersengkokol dengan supirnya dalam merekayasa kecelakaan untuk lolos dari panggilan pemeriksaan kasus korupsi dengan menabrakan mobil ke tiang listrik sambil menggunakan sabuk pengaman. Sabuk pengaman bos di lepas setelah tabrakan. Lalu si supir diperintahkan untuk memukul kepala bosnya menggunakan pemukul bola golf kemudian menghancurkan kaca agar seakan-akan si bos terluka karena benturan kaca akibat tabrakan."

Seta melihatku emosi, "Kamu ngarang cerita?"
Aku jawab dengan senyuman, "Periksa pemukul bola golf, apa darah di sana cocok dengan darah penumpang yang terluka itu." Ucapku sambil menunjuk ke sisi sungai.

Seta mengambil pemukul tersebut dan menghampiriku.
"Pemukul ini benar ada darahnya. Bagaimana bisa kamu tahu?"
Aku berpikir sejenak kemudian bicara, ''Tempat ini memberikanku inspirasi yang nyata."
Seta terdiam. Entah dia kagum atau heran.
"Kembalikan buku ku! Aku harus pulang nanti ibuku khawatir, ini sudah larut malam."
Seta melihat buku ku, "Buku ini berwarna putih dan bertuliskan LifeNote. Seperti kebalikan dari DeathNote dalam film. Apa kamu juga punya teman tidak kasat mata seperti Shinigami?"
Aku tersenyum. Seta kebanyakan nonton film Anime. Jadi menyamakan buku ku dengan itu.
"Kebetulan sampul buku itu warna putih, bertuliskan LifeNote dan aku tidak punya teman seperti seperti yang kamu maksud!"
Ucapku kemudian mengambil buku ku di tangan Seta dan berbalik untuk pulang.

Tiba-tiba aku dikagetkan oleh sosok perempuan terbang dan mendarat di depanku. Terlalu muda dan cantik untuk disebut kuntilanak. Dia bahkan bicara denganku.
"Sudahku duga, kamu bisa melihatku."
Ingin aku menerobos untuk menembus tubuhnya agar dia mengira aku tidak bisa melihatnya, tapi wajah dia terlalu manis bikin aku grogi. Aku jalan memutar menghindarinya lalu terus pulang.

Sesampainya di rumah aku langsung tidur.

...

Pagi harinya aku bangun dan bergegas untuk sekolah. Saat aku membuka pintu kamar. Aku dikejutkan dengan Enli yang berdiri dalam keadaan pakaian basah kuyup. Hingga lekuk badannya terlihat jelas. Membuatku gugup. Dia mendekatiku, aku berusaha mundur dan menghindar ke samping. Takut dadanya menyentuhku. Dia lalu duduk di pojok kamarku.

"Ibu!!!" Teriakku. Tapi tidak ada sahutan.
Keadaan saat Ibu selalu tidak ada dan Enli tampil menggoda begini membuatku selalu berpikiran yang tidak-tidak.

Tiba-tiba ibu datang.
Aku langsung bicara, "Ibu menghukum Enli, dia lagi gangguan jiwa bu. Apapun yang dilakukannya jangan marah."
Ibu balik memarahiku, "Mana mungkin ibu menghukum adikmu."
Aku kesal, "Terus kenapa mengguyur Enli?"
Ibu jawab, "Ibu lagi mandi'in dia."
Aku heran, "Ibu mandi'in dengan pakaian masih melekat di tubuh Enli, apa tidak salah!"
Ibu terlihat tambah kesal, "Kamu mau ibu mandi'in dia telanjang bulat. Lalu dia lari ke kamarmu dalam keadaan tanpa busana."
Ucapan ibu membuatku terperangah.

Tidak sadar aku meneguk liurku membayangkan apa yang ibu ucapkan. Tapi aku takut ibu sadar, aku lagi berpikiran yang tidak-tidak, "Kenapa Enli bisa lari ke kamarku bu?"
Ibu terlihat sedih, "Ibu mau ngambil handuk sebentar. Lalu Enli lari dan tidak sengaja masuk kamarmu."
Aku kembali bicara, "Setidaknya ibu kunci Enli di kamar mandi, saat pergi."
Air mata ibu menetes, "Ibu takut Enli melukai dirinya sendiri jika dikurung." Ucap ibu kemudian menghampiri Enli di dalam kamarku.

Aku memilih untuk segera bergegas pergi sekolah.

Di kelas teman-teman heboh.
"Lihat video Youtube ini. Ada acara sulap, pesulap dimasukan dalam peti. Peti terjatuh dan tertusuk paku tajam. Lalu pesulap muncul di tempat lain. Tapi di peti ada darah. Aneh ya!"

Aku mendengar yang mereka bicarakan. Membuatku jadi penasaran ingin tahu tentang darah itu. Aku mengeluarkan buku LifeNote, dan menuliskan, 'Peti, darah, dan pesulap yang tidak terluka.'
Seperti biasa aku tiba-tiba mendapatkan inspirasi setelah menulis di buku itu. Aku segera menuliskan ide cerita yang ku dapat. Baru selesai menulis, tiba-tiba buku ku langsung direbut.
"Wah wah, Enja, hobi sekali kamu menulis cerita, bahkan kejadian yang viral juga kamu jadikan bahan, jadi menurutmu, darah itu berasal dari..."

(Bersambung)

Download Wallpaper