Rumahku Menjadi Seram (Part 5)

Rumahku Menjadi Seram (Part 5)

Suara gonggongan anjing bersahutan. Aku tidak menyangka Jaya takut sama anjing, terlihat dia ragu melangkahkan kakinya.
Aku mengambil beberapa batu dekat pot.
"Ini ambil. Kalau ada anjing lempar aja. Anjingnya pasti lari." Ucapku sambil ngasih batu ketangannya.
"Kalau gak lari?"
"Ya, kamu yg lari."
Dia terdiam.
"Aku becanda. Pasti mereka lari kok."
Dia kemudian pergi hingga tidak terlihat lagi.
Suasana semakin dingin dan anjing tidak berhenti menggonggong. Aku malah jadi takut.
Tiba-tiba.
"Apa jaya sudah pergi." Sebuah suara ku dengar di telinga kiri.
Awalnya ku takut. Tapi ini pasti Yena.
Setelah ku menghadap ke kiri.
"Yena, kamu nginap di rumahku kan!"
Gak ada orang di sampingku. Saat bersamaan aku merinding. Aku banting pintu. Ku lari menuju kamar. Lompat ke kasur dan sembunyi di dalam selimut.
"Ah!" aku terkejut bukan main hingga ku berdiri.
"Siapa?" tanyaku ketika tahu ada orang di dalam selimutku.
Sosok itu menarik selimutnya seolah ingin menampakannya wajahnya. Aku benar-benar gemetar memperhatikan dari pojok dinding.
Tapi ternyata itu cuma Yena.
"Kau ternyata. Kenapa gak bilang-bilang sih."
Yena cuma diam.
Aku senang ada yg menemaniku tidur malam ini.
"Aku kunci pintu depan dulu ya." Aku menunggu jawaban Yena. Tapi dia tetap diam. Aku kemudian pergi ke depan. Lalu kembali lagi.
"Ayo kita tidur, besok kita sekolah."
Dia lagi lagi diam.
Ah sudahlah pikirku saat itu. Aku bawa tidur saja.

Esok paginya saat ku bangung. Yena sudah tidak ada di sampingku. Aku cari kesekeliling rumah tidak ku temukan. Aku pikir dia duluan ke sekolah.

Di sekolah, di dalam kelas. Bangku di sampingku tempat Yena duduk kosong. Apa dia bolos pikirku.

Di sekolah tanpa teman akrab, aku kaya hantu saja. Melihat Jaya sendiri gak ditempeli temannya ini kesempatan pikirku.
"Jaya, kamu lihat Yena?"
"Tidak."
"Ku curiga dia bolos."
"Mungkin di rumahnya?"
"Aku belum periksa. Tapi kalau dia gak ada di rumahnya kamu mau bantu aku carinya."
Dia tiba-tiba menghadap arah berlawan dariku.
"Apa tadi kau bicarakan. Aku gak dengar?" ucapnya.
"Masa kamu gak dengar. Kita cuma berdua di sini."
"Oh. Iya baiklah." ucapnya, sepertinya ngasal.
"Aku minta nomormu ya. Kalau Yena gak ada di rumah. Aku hubungi kamu. Kita cari bersama-sama."
"Oh" jawabnya seakan baru tahu.
Yes akhirnya aku dapat no nya.

Sampai di rumah. Bukannya ke rumah Yena aku malah ketiduran.
Brakkk.
Aku jatuh di kasur. Aku kaget. Aku mimpi seakan jatuh ke dalam jurang yang dalam. Bahkan aku keringatan.
Duk duk duk.
Suara ketekukan pintu mengejutkanku.

(Bersambung)

Download Wallpaper