Suara Misterius (Part 6)

Suara Misterius (Part 6)

Aku menegur Sanja, pasti dia tahu sesuatu tentang jembatan angker itu, "Sanja, bagaimana pendapatmu?"
"Jembatan itu angker bagi pejalan kaki bukan untuk pengendara. Karna sering dijadikan tempat bunuh diri. Jadi kamu tenang saja."
"Kalau gitu kita aman!" Sambungku.
"Kota kita lengkap kok, ada tempat yang angker bagi pengendara!" Ucap Aya bangga dengan kehororan kotanya. Stres kali nih anak.
Sintia ikut bicara, "Setelah jembatan ini kita menuju area pegunungan, tanjakan panjang dan berkelok. Di sana tempat berbahaya bagi pengendara."
Cukup memandang Sanja, dia mengerti dan kembali menjelaskan, "Kalau malam kadang ada penampakan yang ganggu konsentrasi pengendara dan kalau siang kadang ada mobil yang tiba-tiba remnya blong."
"Kedua kejadian itu pasti ada hubungannya dengan makhluk halus! Iyakan Sanja." Tanyaku.

Suasana terasa mencekam saat melewati jembatan terkenal angker. Gak nyangka pengaruh kisah tadi amat terasa. Suasana hening kemudian pecah setelah melewati jembatan.
"Menurutmu adil gak, manusia yang mencelakakan orang lain di hukum, sedangkan setan yang mencelakakan orang lain tidak di hukum." Ucap Sanja.
"Manusia gak bisa nyentuh fisik setan jadi tidak bisa menghukum. Jika bisa, pasti akan dihukum." Sambung Sintia.
"Kira-kira setara gak jiwa yang lepas dari raganya itu dengan makhluk halus?" Tanyaku sambil meniru ucapan Sanja.
"Kalau setara pasti bisa menghajar tuh setan, iya kan!" Tanya Aya.
"Gimana menurutmu, Sanja!" Tanyaku nyerang Sanja.
"Stop, Sintia!" Ucap Sanja tiba-tiba. Sintia langsung meminggirkan dan memakirkan mobilnya.
"Aku padahal gak tahu loh ada warung di sini!" Kata Sintia sambil senyum ke arah Sanja di belakangnya.
Kok aku kesal ya!
"Ada apa Sanja?" Tanyaku.
"Temanku mau lewat sini. Katanya mau ketemu aku. Kita berhenti sebentar ya." Jawab Sanja.
Sintia keluar dari mobilnya kemudian memajang wajah di jendela kanan belakang dekat dengan Sanja duduk, "Mau pesan apa kamu Sanja, aku mau ke warung."
"Sanja aja yang ditawari nih, kami enggak?" Sambung Aya.
"Kalian juga!" Jawab Sintia.
"Jangan karena kita ada ditikungan kamu mau nikung aku!" Ucapku terang-terangan. Aku mah gitu orangnya.
"Aku becanda tahu!" Sintia kemudian pergi.

Suasana hening. Tiba-tiba.
"A a a ah gr" Teriakan terdengar. Seakan bergema.
"Suara terompet malaikat Israfil atau tangisan manusia yang disiksa di perut Bumi." Ucap Aya langsung.
Dari kaca mobil aku dapat melihat keadaan di luar, beberapa pengendara keluar dari mobilnya seperti mencari sumber suara.
"Ah!" Jantungku hampir copot, Sintia muncul tiba-tiba.
"Kalian dengar! itu suara jeritan hantu." Ucap Sintia. Aya langsung ke luar mobil dan bersama Sintia bertanya sama orang-orang yang ramai di jalan.
Aku langsung memegang tangan Sanja. Benar yang kuduga. Tangannya dingin. Tapi kemudian mendadak hangat seketika.
"Kamu ngapain?" Tanya Sanja.
"Gak lagi ngapa-ngapain." Jawabku sambil melepaskan tangan Sanja dan memalingkan muka.
Sanja kemudian keluar mobil. Aku juga ikut keluar.
"Kenapa kok keluar?" Tanyaku.
"Gak enak kita berduaan di dalam mobil." Jelasnya.
"Suara jeritan yang mereka dengar. Begitu juga aku. Itu ulahmu kan Sanja?" Tanya penuh rasa curiga.
"Kau gak lihat. Aku cuma diam dari tadi." Jawabnya.
"Ya jelas kamu diam, tapi itu cuma ragamu dan jiwamu dapat bergerak. Benar gak dugaanku. Saat rohmu lepas dari tubuh, maka tubuhmu dingin, saat rohmu masuk kembali, tubuhmu kembali hangat." Tanyaku lagi.

Sanja terlihat terdiam seakan tidak tahu harus jawab apa, lalu menoleh ke kiri.
"Aku di depanmu Sanja! kenapa menoleh ke lain. Kamu mau dengar pendapat hantu temanmu itu." Ucapku menduga lagi.
"Kamu kebanyakan nonton anime. Imajinasimu berlebihan. Kamu seharusnya tahu, jika jiwa yang lepas dari raganya itu namanya mati. Kamu bisa lihat, aku hidup." Ucapnya seakan mendapat kunci jawaban dari seseorang yang tidak nampak. Keanehannya membuatku semakin penasaran.

"Hey, ada apa ini? Konflik rumah tangga!" Ucap Aya tiba-tiba.
"Sanja, temanmu jadi datang?" Tanya Sintia yang baru tiba.
"Gak jadi katanya!" Balas Sanja.
"Ayo masuk mobil. Kita harus bergegas nanti keburu malam." Ucap Sintia.

(Bersambung)

Download Wallpaper