Muncul Tiba-Tiba (Part 5)

Muncul Tiba-Tiba (Part 5)

Bel pulang sekolah berbunyi, lebih cepat dari jam biasanya. Lagi-lagi murid yang tugas piket nyabotase jam sekolah. Tanpa pikir panjang aku langsung berlari keluar sekolah berlomba dengan murid lainnya.

Aku pulang jam setengah dua. Tapi ku baru sampai ke taman lewat dari jam 3.
Pikirku dia pasti tidak datang. Tujuannyakan memang menghindariku. Tapi entah kenapa aku mempercayainya.
Aku menengok ke sana ke sini menyelusuri taman, tidak ku temukan Sanja.
"Baru datang sekarang." Tiba-tiba suara Sanja terdengar, tapi tidak ada wujudnya.

Ternyata dia datang dari belakang dan menghadapku.
"Kamu yang perlu jadi kita bikin janji, tapi kamu juga yang tidak tepati." Sambungnya lagi.
"Kamu pikir gampang jadi cewe, ribet tahu!" balasku.
"Kita duduk di sana." Perintahku sambil nunjuk kursi panjang kosong di bawah pohon rindang.
"Perutmu kram?" Tanyanya mungkin karena melihatku selalu memegangi perut.
Aku cuma mengangguk.
"Seharusnya kamu tidak datang. Istirahat saja di rumah." Ucap Sanja.
"Gimana ngabari kamu. Nomor kontakmu aja aku gak punya." Balasku.
"Ya udah. Sini HPmu." Jawabnya. Laluku kasih HPku ke dia.

"Wah, gak ada gambar pemandangan satupun, galerimu penuh sama fotomu sendiri." Komentarnya.
Plakkk, aku tampar Sanja.
"Aduh, kamu kenapa?" Tanyanya.
"Entah kenapa aku mau tampar kamu aja." Jawabku kesal.
"Oh." Jawabnya sambil kembali mainin HPku.
"Aku kasih HPku buat diisi nomor kontakmu. Bukan dilihat isinya. " Marahku lagi.
"Ini. Sudah ku isi." Jawabnya sambil ngasih HPku.

"Oy, lagi ngapain." Teriak Aya yang tiba-tiba muncul.
"Kami lihat, kalian berduaan duduk di sini pas lagi jalan tadi. Jadi kami mampir." Terang Sintia.
"Kalau gitu aku nitip Lina. Mohon antar dia ke rumah lagi ya!" Ucap Sanja.
"Tapi kami mau melayat ke rumah Andi dulu, dan sebenarnya mau ajak Lina." Sambung Aya.
"Siapa Andi?" Tanya Sanja.
"Teman sekolah kami yang baru meninggal." Jawab Sintia.
"Kalau gitu aku ikut kalian aja, melayat." Ucapku kepada Aya dan Sintia.
"Bukannya kamu mau istirahat." Sambung Sanja.
"Daripada kamu larang-larang aku. Mending beli'in aku minuman Kiranti sana!" Perintahku kesal.
"Siapa lagi Kiranti? teman sekolah kalian yang jual minuman di sini." Balas Sanja. Tentunya bikin aku tambah kesal.
"Iya, iya aku beli'in." Ucap Sanja paham ekspresiku.

Aku, Sintia dan Aya menunggu di mobil. Tidak beberapa lama Sanja datang. Memberikan yang kupinta kemudian bicara.
"Kalian mau lewat mana?" Tanya Sanja.
"Lewat jembatan gantung." Jawab Sintia.
"Gak ada jalan lain." Balas Sanja.
"Gak ada, itu jalan satu-satunya ke rumah Andi." Jawab Sintia.
"Sebenarnya ada. Tapi nyebur ke sungai." Sambung Aya.
"Kita ceburin Aya aja pas lewat sungai nanti." Sambungku.
Sukses bikin muka Aya cemberut.

"Ada apa Sanja?" Tanya Sintia heran.
"Aku boleh ikut gak." Jawab Sanja.
Aya dan Sintia agak ragu. Aku justru merasa aneh Sanja tiba-tiba mau ikut. Saat di bangku taman tadi dia sama sekali tidak tertarik. Pasti Sanja punya maksud tertentu. Hanya saja aku belum tahu.
"Boleh ya!" Bujukku ke Sintia dan Aya.
"Ya udah. Kalau pacarnya bilang gitu." Goda Sintia.

Di tengah perjalanan kami berbincang di dalam mobil.
"Kalian tahu, jembatan yang mau kita lewati nanti. Itu terkenal angker." Ucap Sintia.
"Katanya banyak makan korban." Sambung Aya.
Sontak aku kaget, karena baru tahu. Jadi ini alasan Sanja mau ikut, pikirku.

(Bersambung)

Download Wallpaper