Ingin Romantis Lebih Lama (Part 6)

Ingin Romantis Lebih Lama (Part 6)

Aku memberanikan diri keluar rumah. Saat aku membuka pintu. Tidak ada siapa-siapa.

"Hai, Ambun! Maaf berisik. Apa aku menganggu tidurmu?"

Mendengar itu, aku segera menoleh ke samping kanan. Ada Agi di sana sambil memegang palu dan kayu.

Aku menghampirinya, "Kamu memperbaiki rumahku?"

Terlihat dia selesai melakukannya, sambil memasukan peralatannya di dalam tas, dia bicara, "Rumah ini terlihat kokoh, tapi dindingnya rapuh. Sama sepertimu selalu terlihat baik-baik saja. Tapi dari matamu aku tahu kamu sedih. Katakan kamu sebenarnya kenapa? Aku sering melihatmu terluka."

Sambil tersenyum aku menjawab, "Aku tidak apa-apa dan seharusnya kamu tidak usah memperbaiki rumahku, itu membuatmu repot. Aku tidak ingin merepotkan orang."

Agi menghampiriku. Entah kenapa aku tidak ingin menjauh darinya.

"Kamu perempuan dan punya privasi. Kondisi rumah yang banyak bolongnya tadi akan mengganggu privasimu!"

Aku tersenyum, "Rumahku di tengah hutan. Tidak ada yang lewat sini."

Agi terlihat mau pergi. Aku menahan tangannya. Bukan hanya berwajah pucat, tangannya pun dingin.

"Tunggu bentar. Aku punya buah-buahan untukmu. Sebagai ucapan terima kasihku."

Segera aku masuk ke dalam rumah. Mengambil semangka yang sudah aku kupas saat pagi tadi dan dibungkus dengan plastik. Aku membuka plastiknya dan keluar rumah untuk menyerahkannya ke Agi.

"Agi, ini semangka untukmu?"

Tapi Aginya sudah tidak ada. Aku masuk ke dalam rumah. Meletakan semangka dan memasukan beberapa buah apel dan anggur ke dalam tas sandang sekolah. Lalu bergegas pergi dari rumah menyusul Agi.

Beruntung aku tidak perlu berlari. Terlihat Agi berjalan pelan. Aku segera menghampirinya.

"Kalau kamu gak mau buah. Mungkin kalau uang kamu mau. Tunggu bentar ya. Aku jual dulu buah-buahan yang ku dapat dari hutan ke pasar malam."

Tapi Agi berjalan pulang berlawanan arah dariku yang ingin ke pasar malam. Dia meninggalkanku tanpa sepatah katapun.

Malam itu aku menjual buah-buahan seperti biasa. Menggunakan uangnya untuk beli sepatu baru yang murah, menyisihkannya untuk ditabung, dan sisanya aku simpan untuk Agi nanti.

Keesokan harinya di hari kamis. Diharuskan memakai baju seragam sekolah kembali. Di sekolah aku tidak banyak bicara seperti biasanya. Istirahat pertama dan kedua aku habiskan di depan kantor guru.

Saat pulang sekolah tiba. Langit mendung. Aku bergegas pulang agar tidak kehujanan. Karena jarak rumah dan sekolahku jauh.

Ketika di depan pagar aku dihadang Dinda dan Hesa. Lalu di bawa ke belakang sekolah.

Aku memberikan senyumanku berharap mereka mengasihaniku.

Dinda membalasnya dengan senyumannya juga.

"Kemaren Agi menghampirimu saat pulang sekolah. Mungkin hari ini juga. Tapi aku punya rencana, agar dia malu mendekatimu."

Membuatku senang melihat dia bahagia, "Aku akan membantumu agar rencanamu berhasil." Ucapku sambil tersenyum lagi.

Tapi dia tiba-tiba mengeluarkan pisau. Membuatku gemetar.

"Jika bajumu dirobek-robek. Kamu pasti tampak memalukan dan Agi tidak mau mendekatimu lagi."

Aku meneguk liur, takut. Walaupun aku tidak ingin, tapi aku harus mau, untuk berkorban demi Dinda yang sangat mencintai Agi.

Hesa bertepuk tangan, "Dari sekian perbuatan jahatmu. Cuma ini yang ku suka."

Aku pasrah saat Dinda mulai menyayat bajuku.

Srekkk, Srekk, Srek.

Kemudian mereka meninggalkanku begitu saja. Aku pulang dengan baju seragamku yang hampir terbuka. Sambil menutup bagian dadaku dengan kedua tangan. Aku juga harus menahan malu dipandangi orang-orang.

Tanpaku sadari. Air mataku menetes. Diikuti air hujan yang mulai turun dengan deras. Aku segera berlari untuk berteduh. Di bawah Halte Bus aku kedinginan. Pakaian yang hampir terbuka membuat angin dengan leluasa menyentuh kulitku. Tiba-tiba badanku terasa hangat. Aku segera menyentuh pundakku. Alangkah senangnya ada jaket kering yang melekat di belakang tubuhku. Aku segera mengenakannya untuk menutupi seluruh tubuhku. Aku baru sadar. Aku tidak membawa jaket dan tidak mungkin jaket ini datang sendiri. Aku lalu menoleh ke kanan bangku Halte Bus yang kosong. Seperti dugaanku di sana ada Agi. Tapi jika dia yang memberikan jaket kering ini padaku kenapa badannya sendiri basah kuyup gitu. Aku merinding.

(Bersambung)

Download Wallpaper